BAB I
PENDAHULUAN
I.
Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari–hari kita
selalu berhubungan dengan berbagai macam benda yang selalu kita gunakan untuk
menunjang segala aktivitas kita. Tanpa kita ketahui, setiap benda memiliki
massa jenis yang berbeda antara satu dan yang lainnya.
Dalam bidang farmasi, ahli
farmasi seringkali menggunakan besaran pengukuran kerapatan dan bobot jenis
apabila mengadakan perubahan massa dan volume. Kerapatan adalah turunan besaran
yang menyangkut satuan massa dan volume. Bobot jenis diartikan sebagai
perbandingan kerapatan dari suatu zat terhadap kerapatan air, harga kedua zat
ditentukan pada temperatur yang sama, jika tidak dengan cara lain yang khusus.
Bobot jenis (bilangan murni tanpa dimensi) adalah perbandingan
bobot zat terhadap air volume yang sama ditimbang di udara pada suhu yang sama.
Bobot jenis suatu zat adalah perbandingan antara bobot zat dibanding dengan
volume zat pada suhu tertentu (Biasanya 25oC), Sedangkan rapat jenis
adalah perbandingan antara bobot jenis suatu zat dengan bobot jenis air pada
suhu tertentu (biasanya dinyatakan sebagai 25o/25o, 25o/4o,
4o/4o). Untuk bidang farmasi, biasanya 25o/25
.
Penentuan bobot jenis berlangsung
dengan piknometer, Areometer, timbangan hidrostatik (timbangan Mohr-Westphal)
dan cara manometris. Ada beberapa alat untuk mengukur bobot jenis dan rapat
jenis, yaitu menggunakan piknometer, neraca hidrostatis (neraca air), neraca
Reimann, beraca Mohr Westphal .
Cara penentuan
bobot jenis ini sangat penting diketahui oleh seorang calon farmasis, karena
dengan mengetahui bobot jenis kita dapat mengetahui kemurnian dari suatu
sediaan khususnya yang berbentuk larutan.
Disamping
itu dengan mengetahui bobot jenis suatu zat, maka akan mempermudah dalam
memformulasi obat. Karena dengan mengetahui bobot jenisnya maka kita dapat
menentukan apakah suatu zat dapat bercampur atau tidak dengan zat lainnya. Dengan mengetahui banyaknya manfaat dari penentuan
bobot jenis maka percobaan ini dilakukan.
II. Tujuan
Percobaan
Tujuan
percobaan
ini yaitu:
·
Untuk menentukan kerapatan zat asam borat
·
untuk menentukan bobot jenis cairan (alkohol 70%, Minyak kelapa, berri
juice,gliserin).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.
Dasar Teori
Bobot jenis adalah rasio bobot
suatu zat terhadap bobot suatu zat terhadap bobot zat baku yang volumenya sama
pada suhu yang sama dan dinyatakan dalam desimal. Bobot jenis dinyatakan dalam
desimal dengan beberapa angka dibelakang koma sebanyak akurasi yang diperlukan
pada penentuannya. Pada umumnya, dua angka dibelakang koma sudah mencukupi.
Bobot jenis dapa dihitung, atau untuk senyawa khusus dapat ditemukan dalam United States Pharmacopeia (USP).
Bobot jenis suatu zat dapat
dihitung dengan mengetahui bobot dan volumenya, melalui persamaan berikut :
Bobot sejumlah volume air yang setara (g)
(Ansel, H.C.,2004:210-211)
Bobot jenis suatu zat adalah perbandingan bobot zat terhadap air dengan
volume yang sama ditimbang diudara pada suhu yang sama (Ditjen POM,1979:767).
Penetapan bobot jenis digunakan hanya untuk cairan dan kecuali dinyatakan
lain didasarkan pada perbandingan bobot zat di udara padasuhu yang telah
ditetapkan terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Bila pada suhu
25°C zat berbentuk padat, tetapkan bobo tjenis pada suhu yang telah tertera
pada masing-masing monografi dan mengacu pada air pada suhu 25°C. Bilangan
bobot jenis merupakan bilangan perbandingan tanpa dimensi yang mengacu pada
bobot jenis air pada 4°C (=1000 g.m-1) (Ditjen POM, 1995:1030).
Berat jenis adalah
bilangan murni tanpa dimensi yang dapat diubah menjadi kerapatan dengan
menggunakan rumus yang cocok. Bobot jenis didefinisikan sebagai perbandingan
kerapatan dari suatu zat terhadap kerapatan air, harga kedua zat ditentukan
pada temperatur yang sama, jika tidak dengan cara lain yang khusus (Martin,1990:8).
Berat jenis dapat ditentukan dengan menggunakan berbagai metode yaitu
sebagai berikut (Martin, A., 1993):
a. Metode Piknometer
Neraca ini dipakai untuk mengukur bobot jenis zat cair. Terdiri atas dua
dengan 10 buah lekuk untuk menggantungkan anting, pada ujung lekuk yang ke 10 tergantung
sebuah benda celup C terbuat dari gelas (kaca) pejal (tidak berongga), ada yang
dalam benda celup dilengkapi dengan sebuah thermometer kecil untuk mengetahui
susu cairan yang diukur massa jenisnya, neraca seimbang jika ujung jarum D
tepat pada jarum T.
c. Densimeter
Berat jenis untuk
penggunaan praktis lebih sering didefinisikan sebagai perbandingan massa dari
suatu zat terhadap massa sejumlah volume air yang sama pada suhu 4o
atau temperatur lain yang tertentu. Notasi berikut sering ditemukan dalam
pembacaan berat jenis: 25o/25o, 25o/4o,
dan 4o/4o. Angka yang pertama menunjukkan temperatur
udara di mana zat ditimbang; angka di bawah garis miring menunjukkan temperatur
air yang dipakai. Buku-buku farmasi resmi menggunakan patokan 25o/25o
untuk menyatakan berat jenis (Martin, A., 1990:8).
Berat
jenis dapat ditentukan dengan menggunakan berbagai tipe piknometer, neraca
Mohr-Westphal, hidrometer dan alat-alat lain. Pengukuran dan perhitungan
didiskusikan di buku kimia dasar, fisika dan farmasi (Martin, A., 1990:8).
Kerapatan
adalah turunan besaran karena menyangkut satuan massa dan volume. Batasannya
adalah massa per satuan volume pada temperatur dan tekanan tertentu, dan
dinyatakan dalam sistem cgs dalam gram per sentimeter kubik (gram/cm3)
(Martin, A., 1990:8).
Kerapatan
merupakan besaran turunan karena menyangkut satuan massa dan volume pada
temperatur dan tekanan tertentu, dan dinyatakan dalam sistem cgs dalam gram per
sentimeter kubik (g/cm3). Berbeda dengan kerapatan, bobot jenis
merupakan bilangan murni tanpa dimensi yang dapat diubah menjadi kerapatan
dengan menggunakan rumus yang sesuai. Bobot jenis untuk penggunaan praktis
lebih sering didefinisikan sebagai perbandingan massa dari suatu zat terhadap
massa sejumlah volume air pada suhu 4 oC atau temperature lain
yang tertentu. Notasi berikut sering ditemukan dalam pembacaan bobot jenis
25 oC/25 oC, 25 oC/ 4oC, dan
4o C/4 oC. Angka yang pertama menunjukkan temperatur
udara di mana zat ditimbang. Angka di bawah garis miring menunjukkan temperatur
air yang dipakai (Martin,1990).
Kerapatan suatu zat merupakan perbandingan massa dan
volume zat itu, sehingga nilai kerapatan dapat diukur melalui pengukuran massa
dan volumenya.
ρ =
Keterangan
:
ρ = Massa jenis (gr/ml)
M = Massa zat (g)
V = Volume zat (ml)
(Martin.A.,1990)
Kerapatan
air dapat pula dihitung secara akurat dengan persamaan IAPWS97 atau IAPWS95
dengan keakuratan sekitar ±0,01%. Kita dapat menghitung kerapatan air dengan
mengatur molalitas dari LiCl dan membandingkannya dengan hasil IAPWS97 (Lachman,1994)
Bila
kerapatan suatu benda lebih besar daripada air, maka benda akan tenggelam dalam
air. Bila kerapatannya lebih kecil, maka benda akan mengapung. Walaupun
kebanyakan zat padat dan cairan mengembang bila dipanaskan dan menyusut bila
dipengaruhi pertambahan tekanan eksternal, perubahan dalam volume ini relatif
kecil, sehingga dapat dikatakan bahwa kerapatan kebanyakan zat padat dan cairan
hampir tak bergantung pada temperatur dan tekanan. Sebaliknya kerapatan
gas sangat bergantung pada tekanan dan temperatur sehingga temperatur dan
tekanan harus dinyatakan bila memberikan kerapatan gas (Lachman, 1994).
Meskipun massa
dari serbuk bulk sampel dapat ditentukan dengan ketelitian tinggi, pengukuran
volume lebih sulit dari yang terlihat. Kesulitan utama pada penentuan volume
sebenarnya dari serbuk bulk, diman tipe ruang-ruang udara atau rongga dapat
dibedakan : (Lachman,1989:143)
1.
Rongga intrapartikel
yang terbuka-rongga-rongga terdapat didalam partikel tunggal, tetapi terbuka
pada lingkungan luar.
2.
Rongga
intrapartikel yang tertutup-rongga-rongga terdapat di dalam partikel tunggal,
tetapi tertutup dari lingkungan luar.
3.
Rongga
antarpartikel-ruang-ruang udara antara dua partikel individu.
Kerapatan jenis dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:
1.
Kerapatan
partikel sejati adalah ketika volume diukur tidak termasuk baik pori-pori
terbuka dan tertutup dan merupakan properti fundamental dari suatu material.
2.
Kerapatan partikel jelas adalah ketika volume
diukur meliputi pori-pori antar partikel
3.
Kerapatan
partikel yang efektif adalah volume "dilihat" oleh fluida bergerak
melewati partikel. Hal ini penting dalam proses seperti sedimentasi atau
fluidisation tetapi jarang digunakan dalam bentuk sediaan padat.
(Gibson,2004).
Perbandingan
antara massa (berat) dengan volume diketahui sebagai kerapatan bahan.
Didasarkan atas perbandingan-perbandingan berikut, untuk serbuk bahan padat
dapat dinyatakan tiga kerapatan yang berbeda.
di mana M adalah massa sampel.
Membandingkan kerapatan
dari suatu sampel pada kondisi tes yang
spesifik dengan kerapatan sebenarnya (kadang-kadang disebut kerapatan teoretis)
dari bahan, akan sampai pada kuantitas
r yang tidak berdimensi, kerapatan relatif, dimana:
ρt =
(Lachman,1989:148)
Sesatan
yang mempengaruhi suatu hasil eksperimen, dapat dengan baik dibagi menjadi
kesalahan dari jenis yang tertetapkan (determinate) dan tak-tertetapkan (indeterminate).
Sesatan tertetapkan atau sesatan konstan merupakan jenis sesatan yang dapat
dihindarkan, atau besarnya dapat ditetapkan ( Ansel, 2004).
Porositas
adalah hasil bagi volume total dari ruang-ruang rongga (Vv) terhadap volume
bulk, dimana volume bulk itu sendiri yaitu jumlah volume yang dipakai oleh
seluruh massa serbuk pada pengepakan khusus yang dipakai selama pengukuran,
jadi kesimpulannya adalah porositas merupakan hasil bagi antara volume total
dan jumlah yang telah digunakan selama pengukuran. Adapun rumus dari porositas:
(Lachman, 1989:145)
II.
Uraian Bahan
1.)
Alkohol (Ditjen POM,1979:65)
Nama
resmi :
AETHANOLUM
Nama
lain : Etanol (alkohol)
Rumus Molekul/BM : C2H6O
/ 46,07
Rumus Struktur :
OH
CH3
– CH2
Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah
menguap, dan mudah bergerak, bau khas, rasa panas, mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang
tidak berasap.
Kegunaan :
sebagai sampel uji
Penyimpanan : Dalam
wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya: di tempat sejuk, jauh dari nyala api.
2.)
Aquades (Ditjen POM,1979:96)
Nama
resmi : AQUA DESTILLATA
Nama
lain : Air Suling
Rumus
Molekul/BM : H2O / 18,02
Rumus Struktur : H-O-H
Pemerian : cairan jernih, tidak berbau, dan tidak
berwarna.
Kegunaan : Sebagai Zat baku
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat
3.) Asam
Borat (Ditjen POM,1979:49)
Nama
resmi :
ACIDUM BORICUM
Nama
lain : Asam borat
Rumus
Molekul/BM : H3BO3 /
61,83
Rumus
Struktur : H
H
- O – B – O – H
Pemerian : Hablur, serbuk hablur putih atau sisik
mengkilap tidak berwarna:kasar:tidak
berbau:rasa agak asam dan pahit kemudian manis.
Kegunaan :
Sebagai sampel uji
Penyimpanan : Dalam
wadah tertutup baik
4.) Gliserol
(Ditjen POM,1979:271)
Nama
resmi : GLYCEROLUM
Nama
lain : Gliserol
Rumus
Molekul/BM : C3H8O3 /
92,10
Rumus Struktur : OH OH
OH
CH2
– CH – CH2
Pemerian : Cairan
seperti sirup;jernih,tidak berwarna;tidak
berbau:manis di ikuti rasa
hangat. Higroskopik
Kegunaan : Sebagai sampel uji
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
5.) Minyak kelapa
(Ditjen POM,1979:456)
Nama
resmi : Oleum cocos
Nama
lain : Minyak kelapa
Bobot
jenis : 0,845 – 0905 g/ml
Pemerian
: Cairan jernih; tidak berwarna atu kuning
pucat; bau khas, tidak tengik.
Kelarutan
: Larut dalam 2 bagian etanol (95%)P pada suhu 600C; sangat
mudah larut dalam kloroform P dan mudah dan juga mudah larut dalam eter P.
Penyimpanan : dalam wadah
tertutup baik, terlindung dari cahaya, di tempat sejuk.
Kegunaan :
Sebagai sampel uji
6.) Parafin cair (Ditjen POM,1979:474)
Nama
resmi :
PARAFFINUM LIQUIDUM
Nama
lain : Parafin cair
Bobot
Jenis
: 0.84–0.89 g/cm3
Pemerian : cairan kental, transparan, tidak
berfluoresensi:tidak berwarna: hampir tidak berbau:hampir tidak mempunyai rasa.
Kegunaan : sebagai
zat tambahan
Penyimpanan : dalam
wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.
7.) Sampel sirup
(Berri juice)
Komposisi : Air,
Konsentrat Jeruk, Gula, Bulir jeruk, Pengatur Keasaman Asam Sitrat, Perisa
Jeruk, Pengawet Kalium Sorbat, Penstabil Mengandung Mikrokristalin Selulose),
Pektin & Karagenan, Vitamin C, Pewarna Beta Karoten Cl No 75130
BPOM RI MD
249610084279
III.
Prosedur Kerja (Anonim,2013)
a. Menentukan
Kerapatan Bulk
Ø Timbang asam borat sebanyak 10 g, kemudian masukkan ke dala gelas ukur 50
ml.
Ø Ukur volume zat padat.
Ø Hitung kerapatan Bulk menggunakan persamaan :
Bobot zat padat (g)
Volume Bulk (ml)
b. Menentukan
Kerapatan Mampat
Ø Timbang asam borat sebanyak 10 gram.
Ø Masukkan ke dalam gelas ukur.
Ø Ketuk sebanyak 100 kali ketukan.
Ø Ukur volume yang
terbentuk.
Ø Hitung Kerapatan Mampat dengan persamaan :
Bobot zat padat (g)
Volume Mampat (ml)
c. Menentukan Kerapatan Sejati
Ø Timbang piknometer yang bersih dan kering beserta
tutupnya (W1).
Ø Isi piknometer dengan zat padat kira-kira mengisi 2/3 bagian
volumenya. Timbang piknometer berisi zat padat berisi zat padat beserta
tutupnya (W3).
Ø Isikan parafin cair perlahan-lahan ke dalam piknometer
berisi zat padat, kocok-kocok dan isi sampain penuh sehingga tidak ada
gelembung udara di dalamnya.
Ø Timbang piknometer berisi zat padat dan parafin cair dan
tutupnya (W4).
Ø Bersihkan piknometer dan isi penuh dengan parafin cair
hingga tidak ada gelembung didalamnya.
Ø Timbang piknometer berisi penuh parafin cair dan tutupnya
(W2).
Ø Hitung kerapatan zat menggunakan persamaan :
ρ Padatan =
(W2
– W1) - (W4 – W3)
Keterangan :
W1 : massa piknometer kosong beserta
tutupnya
W2 : massa piknometer
penuh parafin beserta tutupnya.
W3 : massa piknometer
berisi zat padat beserta tutupnya.
W4 : massa piknometer berisi zat padat dan
dipenuhi parafin beserta tutupnya.
d. Menentukan Bobot Jenis Cairan
Ø Gunakan piknometer yang bersih dan kering.
Ø Timbang piknometer kosong (W1), lalu isi dengan air
suling, bagian luar piknometer dilap sampai kering dan ditimbang (W2).
Ø Buang air suling tersebut, keringkan piknometer lalu isi dengan cairan yang akan
diukur
Ø Timbang bobot jenis cairan menggunakan persamaan :
W3-W1
W2-W1
Keterangan :
Dt
: bobot jenis pada suhu t
W1 : bobot
piknometer kosong
W2 : bobot
piknometer + air suling
W3 : bobot piknometer +
cairan
BAB III
CARA KERJA
I.
Alat
dan Bahan
1)
Alat yang
digunakan
Alat yang digunakan dalam percobaan
ini adalah botol semprot, cawan porselin, gelas
kimia 50 ml, gelas ukur 25 ml, hairdryer, piknometer 25 ml, pipet tetes,
dan timbangan analitik.
2) Bahan yang
digunakan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah air
suling, alkohol 70%, aluminium foil,
asam borat 10 gr, gliserin, kertas timbang, label (e-tiket), minyak kelapa, parafin
cair , sampel sirup
(Berry juice), dan tissue.
II.
Langkah Percobaan
a) Kerapatan Bulk
1.
Disiapkan alat
dan bahan akan digunakan
2.
Ditimbang asam borat sebabyak 10 gram
3.
Dimasukkan ke
dalam gelas ukur 50 ml
4.
Kemudian diukur volume zat padat
5.
Dicatat dan dihitung kerapatan Bulk
b) Kerapatan Mampat
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Ditimbang Asam Borat sebanyak
10 gram.
3. Dimasukkan ke dalam gelas
ukur 25 ml.
4. Kemudian diketuk-ketuk
sebanyak 100 kali ketukan.
5. Lalu, diukur volume yang
terbentuk.
6. Dihitung kerapatan Mampat dan
dicatat hasilnya.
c) Kerapatan sejati
1.
Disiapka alat
dan bahan yang akan digunakan
2.
Ditimbang
piknometer yang bersih dan keringbersama tutupnya
3.
Diisi
piknometer dengan Asam Borat sebanyak 10 g, lalu ditimbang piknometer berisi zat
padat beserta tutupnya
4.
Kemudian diisikan
parafin cair perlahan-lahan ke dalam piknometer berisi zat padat. Lalu,
dikocok-kocok dan diisi sampai penuh sehingga tidak ada gelembung udara didalamnya.
5.
Piknometer yang
berisi zat padat serta parafin cair ditimbang beserta tutupnya.
6.
Selanjutnya,
dibersihkan piknometer dan piknometer diisi kembali dengan parafin cair sampai
penuh (tidak terdapat gelembung)
7.
Ditimbang piknometer
berisi penuh parafin cair dan tutupnya
8.
Dihitung
kerapatan zat dan dicatat hasilnya.
d) Menentukan
bobot jenis
1.
Disiapkan
alat dan bahan
2.
Piknometer dibersihkan dengan air suling, kemudian
dibilas dengan alkohol dan dikeringkan denga menggunakan hairdryer
3.
Piknometer diisi dengan air suling sampai penuh (tidak
ada gelembung) dan kemudian ditimbang
4.
Air Suling dikeluarkan dan piknometer dibersihkan dan
dikeringkan
5.
Piknometer diisi dengan sampel cairan (sirup, alkohol,
minyak kelapa, dan gliserin secara bergantian)
6.
Ditimbang piknometer yang berisi cairan sampel dan
dicatat massanya
7.
Dihitung bobot jenis cairan dan dicatat hasilnya
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
I.
Hasil Percobaan dan Perhitungan
a.
Kerapatan Bulk
Bobot zat (g)
|
10 g
|
Volume bulk (ml)
|
12 ml
|
Kerapatan Bulk (g/ml)
|
0,83 g/ml
|
Perhitungan :
Bobot zat padat (g)
Volume
Bulk (ml)
10 g
12 ml
= 0,83 g/ml
b. Kerapatan Mampat
Bobot Zat (g)
|
10 g
|
Volume mampat (ml)
|
11 ml
|
Kerapatan Mampat (g/ml)
|
0,9o g/ml
|
Perhitungan :
Bobot zat padat (g)
Volume mampat (ml)
10 g
11 ml
c. Kerapatan
sejati
Bobot piknometer kosong (g)
|
21,76 g
|
Bobot pikno + zat cair (g)
|
44,06 g
|
Bobot pikno + zat padat (g)
|
31,75 g
|
Bobot jenis zat padat + cair
|
46,64 g
|
Perhitungan :
(W3
– W1)
(W2 –
W1) - (W4 – W3)
(31,75-21,76)g 9,99 g
(44,06-21,76)g–(46,64-31,76)g 7,42 g
` = 1,346
d.
Bobot jenis zat cair
·
Berri juice
Bobot piknometer kosong (g)
|
14,25 g
|
Bobot pikno + Zat Air (g)
|
39,45 g
|
Bobot pikno + Zat Cair (g) (berri juice)
|
40,63 g
|
Bobot jenis zat Cair
|
1,046
|
Perhitungan :
W3-W1
W2-W1
(40,63-14,25)g 26,38 g
(39,45-14,25)g 25,2 g
·
Alkohol
Bobot piknometer kosong (g)
|
14,25 g
|
Bobot pikno + Zat Air (g)
|
39,45 g
|
Bobot pikno + Zat Cair (g) (Alkohol)
|
38,47 g
|
Bobot jenis zat Cair
|
0.96
|
Perhitungan :
W3-W1
W2-W1
(38,47-14,25)g 24,22 g
(39,45-14,25)g 25,2 g
·
Gliserin
Bobot piknometer kosong (g)
|
14,25 g
|
Bobot pikno + Zat Air (g)
|
39,45 g
|
Bobot pikno + Zat Cair (g) (Gliserin)
|
45,92 g
|
Bobot jenis zat Cair
|
1,256
|
Perhitungan :
W3-W1
W2-W1
(45.92-14.25)g 31.67 g
(39.45-14.25)g 25.2 g
·
Minyak kelapa
Bobot piknometer kosong (g)
|
23,44 g
|
Bobot pikno + Zat Air (g)
|
48,24 g
|
Bobot pikno + Zat Cair (g) (Minyak kelapa)
|
45,91
g
|
Bobot jenis zat Cair
|
0.90
|
Perhitungan :
W3-W1
W2-W1
45,91 g – 23,44 g 22,47 g
48,24 g – 23,44 g 24,8 g
II.
Pembahasan
Praktikum
ini bertujuan untuk menentukan kerapatan Asam Borat yang mana terbagi atas tiga
kerapatan yaitu kerapatan sejati, mampat dan bulk. Selain itu praktikum ini
juga bertujuan untuk menentukan bobot jenis alkohol 70%, minyak kelapa, berri
jus, dan gliserin.
Dalam
bidang farmasi bobot jenis dan rapat jenis suatu zat atau cairan digunakan
sebagai salah satu metode analisis yang berperan dalam menentukan senyawa cair,
digunakan pula untuk uji identitas dan kemurnian dari senyawa obat terutama
dalam bentuk cairan, serta dapat pula diketahui tingkat kelarutan/daya larut
suatu zat.
Density
atau biasa disebut massa jenis, bobot jenis atau kerapatan zat merupakan
karakteristik mendasar yang dimiliki zat. Kerapatan suatu zat merupakan
perbandingan massa dan volume zat itu, sehingga nilai kerapatan dapat diukur
melalui pengukuran massa dan volumenya.
Specific
gravity atau massa jenis suatu zat adalah hasil yang diperoleh dengan membagi
bobot zat dengan bobot air, dalam piknometer. Kecuali dinyatakan lain dalam monografi,
keduanya ditetapkan pada suhu 25o .
Pada percobaan ini, penentuan bobot jenis dilakukan dengan menggunakan
piknometer. Sampel yang digunakan adalah sampel sirup (berry juice, alkohol,
gliserin, dan minyak kelapa). Sedangkan pada kerapatan sampel yang digunakan
adalah asam borat.
Kerapatan terbagi atas tiga yaitu kerapatan sejati, mampat, dan bulk. Pada
kerapatan mampat asam borat diketuk sebanyak 100 kali ketukan, hal ini
dilakukan agar pori-pori pada partikel asam
borat tertutup dari lingkungan luar. Kerapatan
bulk tidak dilakukan perlakuan apapun seperti kerapatan mampat dan sejati, hal
ini disebabkan karena kerapatan bulk merupakan perbandingan massa dan volume
yang mana termasuk pori terbuka, tertutup dan antarpartikel. Jadi agar termasuk
pori terbuka, tertutup dan antarpartikel oleh sebab itu asam borat tidak
diberikan perlakuan apapun. Sedangkan kerapatan sejati adalah perbandingan
massa dan volume yang mana tidak termasuk pori terbuka, tertutup, dan antarpartikel.
Pada praktikum penentuan kerapatan sejati, asam borat ditambahkan dengan
parafin cair. Penambahan parafin cair ini bertujuan agar asam borat tidak
memiliki pori-pori baik itu pori terbuka, pori tertutup maupun antar partikel.
Pada
percobaan I setelah menimbang piknometer kosong dalam keadaan bersih dan kosong
dengan teliti didapatkan bobot sebesar 14,25 gr. Kemudian diisi dengan air
suling dan didapatkan bobot sebesar 39,45 gr dan kemudian diisi dengan sampel
sirup (berry juice) dan ditimbang didapatkan 40,63 gr. Dan dicari bobot jenis
dengan rumus didapatkan hasil sebesar 1,046.
Pada percobaan II piknometer kosong diisi dengan cairan (alkohol 70%) dan
didapatkan 38,47 gr. Dari hasil tersebut dapat dihitung bobot jenisnya dan hasilnya
adalah 0,96.
Pada percobaan III piknometer kosong diisi dengan gliserin dan ditimbang,
hasilnya yaitu 45,92 gr. Dari data itu dapat dihitung bobot jenis Gliserin dan
hasilnya adalah 1,256.
Pada percobaan IV piknometer kosong diisi dengan minyak kelapa, kemudian
ditimbang hasilnya yaitu 45,91gr. Setelah itu, dicari bobot jenis minyak kelapa
dengan rumus didapatkan hasil sebesar 0,90.
Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi bobot jenis suatu zat adalah :
1. Temperatur, dimana pada suhu yang tinggi senyawa yang
diukur berat jenisnya dapat menguap sehingga dapat mempengaruhi bobot jenisnya,
demikian pula halnya pada suhu yang sangat rendah dapat menyebabkan senyawa
membeku sehingga sulit untuk menghitung bobot jenisnya.
2. Massa zat, jika zat mempunyai
massa yang besar maka kemungkinan bobot
jenisnya juga menjadi lebih besar.
3. Volume zat, jika volume zat besar
maka bobot jenisnya akan berpengaruh tergantung pula dari massa zat itu
sendiri, dimana ukuran partikel dari zat, bobot molekulnya serta kekentalan
dari suatu zat dapat mempengaruhi bobot jenisnya.
4. Kekentalan/viskositas sutau zat
dapat juga mempengaruhi berat jenisnya.
Hasil yang diperoleh pada praktikum bobot jenis ada
beberapa yang menyimpang dari hasil yang ditetapkan oleh Ditjen POM. Misalnya
pada penentuan bobot jenis alkohol 70%, hasil yang harus diperoleh 0.8119 – 0.8139,
namun hasil yang diperoleh adalah 0.96. Pada penentuan bobot jenis minyak
kelapa, hasil yang harus diperoleh adalah 0.845 - 0.905, namun yang diperoleh
adalah 0.90. sedangkan pada Gliserin hasilnya 1,256 dan sudah sesuai dengan
yang ditetapkan oleh Ditjen POM yakni antara 1,255 -1,260.
Penyimpangan-penyimpangan
yang terjadi, dapat disebabkan oleh karena berbagai kesalahan pada saat
melakukan praktikum. Penyimpangan-penyimpangan ini antara lain:
1. Penimbangan
Kesalahan akibat penimbangan ini bisa
disebabkan karena timbangan yang digunakan berganti-ganti. Sehingga hasil
penimbangan antara timbangan yang satu dengan yang lain belum tentu sama.
2. Cara
penutupan piknometer yang salah
Cara penutupan piknometer yang terlalu cepat
dapat menyebabkan air yang tumpah terlalu banyak sehingga tentu mempengaruhi
berat pada penimbangan.
3. Pengaruh
perubahan suhu
Perubahan suhu yang terlalu cepat dapat
menyebabkan cairan di dalam piknometer memuai/menyusut dengan tidak semestinya,
sehingga pada waktu ditimbang zat tersebut memberikan hasil yang berbeda dengan
yang telah ditentukan.
4. Piknometer
yang belum kering dan bersih
Piknometer yang demikian belum bisa digunakan
untuk penentuan kerapatan dan bobot jenis, karena masih ada cairan/kontaminan
yang tertinggal di dalamnya sehingga tentu saja akan mempengaruhi hasil akhir.
5. Volume
air yang tidak tepat
Volume air yang dimasukan ke dalam piknometer
harus tepat dengan yang telah ditentukan, karena jika terlalu banyak atau
terlalu sedikit maka akan mempengaruhi hasil akhir.
6. Sampel
yang terkontaminasi
Sampel yang terkontaminasi tentu saja akan
memberikan hasil yang menyimpang, karena kemurnian zat tersebut sudah berbeda
dengan zat yang masih murni.
BAB V
PENUTUP
I.
Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai
berikut
-
Kerapatan zat padat
1.
ρ padatan Bulk
: 0,83 g/ml
2.
ρ padatan Mampat :
0,90 g/ml
3.
ρ padatan Sejati :
1,364 g/ml
-
Bobot jenis zat
cair (Dt) :
1.
Bobot jenis sirup :
1,046
2.
Bobot jenis alkohol :
0,96
3.
Bobot jenis Gliserin :
1,256
4.
Bobot jenis minyak kelapa : 0,90
II.
Saran
Sebaiknya laboratorium lebih
melengkapkan dan memperbanyak alat, agar praktikan dapat melakukan percobaan
dengan cepat tanpa harus menunggu lagi sehingga dapat lebih mengevesienkan waktu
dalam melakukan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Ansel,H.C.
2004. Kalkulus farmasetik.EGC:Jakarta.
Ditjen POM.1979. Farmakope Indonesia edisi III. Jakarta; Depkes RI.
Gibson, Mark.2004. Pharmaceutical
preformulation and Formulation.USA; Health Group
Lachman, L., dkk. 1989. Teori dan Praktek Farmasi Industri I Edisi III,
diterjemahkan oleh Siti suyatmi. Jakarta; UI Press.
Lachman, L., dkk. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri II Edisi III,
diterjemahkan oleh Siti suyatmi. Jakarta; UI Press.
Martin, Alfred, dkk. 1990 . Farmasi Fisika:
Dasar-dasar farmasi fisika dalam ilmu farmasetika, diterjemahkan oleh
Yoshita , edisi III , jilid I. Jakarta; penerbit UI.
Mirawati. 2013. Penuntun
Praktikum Farmasi Fisika. Makassar; Jurusan Farmasi UMI.
salam kenal kak, kebetulan sya juga difarmasi umi ..
BalasHapus