Jumat, 17 Januari 2014

ida PH & dapar

BAB I
PENDAHULUAN
I.          LATAR BELAKANG
Seorang farmasis professional harus mampu memberikan rute obat yang sesuai pada kliennya. Pilihan rute pemberian obat yang sesuai bergantung pada kandungan obat dan efek yang digunakan serta kondisi fisik dan mental klien.Larutan dapar seringkali dipakai dibidang farmasi, khususnya dalam pembuatan larutan obat mata (ophthalmic solution). Dapar dapat juga dipakai dalam penetapan pH dengan cara kolorimetri dan untuk studi penelitian yang memerlukan pH yang konstan.
Obat-obat sebagai dapar. Penting juga bagi kita untuk mengetahui bahwa larutan obat yang merupakan larutan elektrolit lemah juga dapat memperlihatkan kerja seperti dapar. Larutan asam salisilat dalam botol kaca lunak dipengaruhi oleh kebasaan gelas itu. Semula diduga bahwa reaksi tersebut akan menyebabkan nilai pH naik, tetapi ternyata ion natrium dari kaca lunak bersenyawa dengan ion salisilat membentuk natrium salisilat. Akibatnya larutan asam salisilat dan natrium salisilat membentuk larutan dapar yang mencegah terjadinya perubahan pH. Dalam hal yang sama, larutan efedrin basa menunjukkan pula sifat dapar yaitu dengan mencegah turunnya nilai pH. Jika HCl ditambahnya ke larutan tersebut akan terbentuklah efedrin HCl dan sistem dapar efedrin dan efedrin HCl tersebut mencegah perubahan pH sampai efedrin habis bereaksi dengan asam. Oleh sebab itu obat-obat dalam bentuk larutan serringkali bertindak sebagai dapar untuk obat itu sendiri dalam jarak pH yang tertentu. Aksi dapar semacam itu sebenarnya terlalu lemah  untuk mencegah terjadinya perubahan pH karena adanya CO2 dari udara dan kebasaan botolnya. Karena itulah dapar tambahan sering ditambahkan kelarutan obat untuk menjaga  agar sistem tetap berada dalam trayek pH yang diinginkan. Pengukuran kuantitatif untuk efisiensi atau kapasitas dapar mencegah berubahnya pH.
Larutan penyangga sangat penting dalam kehidupan, misalnya dalam analisis kimia, biokimia, bakteriologi, zat warna, fotografi, dan industri kulit. Dalam bidang biokimia, kultur jaringan dan bakteri mengalami proses yang sangat sensitif terhadap perubahan pH. Darah dalam tubuh manusia mempunyai kisaran pH 7,35 sampai 7,45, dan apabila pH darah manusia di atas 7,8 akan menyebabkan organ tubuh manusia dapat rusak, sehingga harus dijaga kisaran pHnya dengan larutan penyangga.

II.        TUJUAN
Adapun tujuan praktikum ini adalah
Ø  untuk menentukan pH beberapa zat cair seperti HCl dan NaOH
Ø  untuk membuat larutan dapar pada berbagai pH
Ø  menghitung kapasitas dapar yang telah dibuat


III.        
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.      Dasar teori
Dapar adalah senyawa-senyawa atau campuran senyawa yang dapat meniadakan perubahan pH terhadap penambaham sedikit asam atau basa. (Martin,A., 1990)
Kapasitas dapar yang disebut indeks buffer atau intensitas buffer yaitu suatu ukuran kemampuan buffer untuk mempertahankan pHnya yang konstan jika ditambahkan asam kuat atau basa kuat. (Achmad, 2001)
Rumus untuk menghitung kapasitas dapar adalah sebagai berikut: (Martin,A., 1990)
Delta,seperti biasa berarti perubahan yang terbatas dan  adalah sedikit penambahan basa kuat ke dalam larutan dapar hingga menghasilkan perubahan pH=dinyatakan dalam gram/liter. Dari persamaan diketahui bahwa kapasitas dapar suatu larutan memiliki nilai 1 bila penambahan 1 garam ekuivalen basa kuat (asam) kedalam 1 liter larutan dapar menghasilkan perubahan sebesar 1 satuan pH. Arti indeks ini akan lebih tepat lagi bila digunakan untuk menghitung kapasitas larutan dapar.
Teori asam basa (Achmad, 2001)
1.    Teori Arrhenius (S.Arrhenius, 1884)
Pada tahun 1887 S. Arrhenius mengajukan suatu teori yang mengatakan bahwa apabila suatu elektrolit melarut, sebagian dari elektrolit ini terurai menjadi partikel positif dan partikel negatif yang disebut ion. Teori ini berhasil menjelaskan beberapa hal misalnya elektrolisis, dan hantaran elektrolit.
Menurut teori ini,
Asam dalam larutan air menghasilkan ion hydrogen, dan basa dalam larutan air menghasilkan ion hidroksida yang menetralkan asam sesuai dengan reaksi,
H+      +    OH-                H2O
2.    Teori Bronsted-Lowry (Johannes Nicholas Bronsted dan Thomas Martin Lowry, 1923)
Menurut Bronsted-Lowry asam adalah zat yang dapat memberkan proton. Basa adalah zat yang dapat menerima proton.
Asam       : penderma proton (penerima proton)       
Basa        : penerima proton (akseptor proton)
3.    Teori Lewis (Gillbert Newton Lewis, 1923)
Asam         :Setiap spesi yang mengandung atom dapat menerima  pasangan elektron
Basa          :Setiap spesi yang mengandung atom yang dapt menderma pasangan elektron
Indikator pH adalah larutan indikator dapat dikatakan sebagai suatu asam lemah yang dapat bertindak seperti dapar dan menghasilkan perubahan warna karena derajat disosiasinya berubah sesuai dengan perubahan pH. (Martin,A,. 1990)
Disosiasi indikator asam secara sederhana dapat ditulis sebagai berikut:
HIn     +   H2O      ↔       H3O+     +      In
Asam1     Basa2             Asam2             Basa1               
Kesetimbangannya :
HIn adalah bentuk indikator yang tidak terionisasi dan dapat member warna asam, sedangkan In- adalah bentuk indikator terionisasi dan dapat menghasilkan warna basa. KIn disebut tetapan indikator. Jika suatu asam ditambahkan kesuatu larutan indikator, konsentrasi ion hydrogen yang terbentuk disebelah kanan akan naik, dan tonisasi terhalang karena adanya efek ion sejenis. Akibatnya sebagian besar indekator akan berada dalam bentuk HIn warna asam. Jika basa yang ditambahkan, [H3O+] kan turun akibat reaksi asam dengan basa, persamaan reaksi bergerak kekanan membentuk indikator terionisasi In- lebih banyak dan warna akan mendominasi larutan tersebut. Jadi warna indikator merupakan fungsi pH larutan. Beberapa indikator dengan jarak pHnya. (Martin,A,. 1990)
Larutan buffer yang juga dikenal sebagai buffer, pada umumnya terdiri atas campuran asam lemah dan garamnya, misalnya, CH3COOH-CH3COONa atau basa lemah dan garamnya misalnya NH3-NH4Cl. Cara kerja larutan buffer berkaitan dengan pengaruh ion senama. Fakta bahwa penambahan ion senama dalam larutan asam lemah atau basa lemah menghasilkan pergeseran kesetimbangan kearah molekul asam atau basa yang tidak terurai. Oleh karena itu, larutan buffer dapat didefinisikan sebagai campuran asam lemah dengan basa konjugasinya atau basa lemah dan asam konjugasinya. (Achmad, 2001)
Metode kolorimetri untuk penentuan pH sebenarnya memberi hasil yang kurang teliti dan kurang memuaskan namun metode ini jauh lebih murah dibandingkan metode elektrometri. Metode kolorimetri ini dapat pula digunakan  untuk menentukan pH larutan encer baik yang tidak berwarna maupun yang keruh, dan khususnya berguna dalam mempelajari reaksi-reaksi asam-basa dalam larutan bukan air. Secara umum penerapan pH dengan cara kolorimetri mengikuti langkah-langkah tersebut sebagai berikut: (Martin,A., 1990)
1)    Perkirakan nilai pH larutan dengan cara menambahkan tetes indikator universal. Dapat pula digunakan pH yang berjarak lebar yang dibuat dengan meneteskan indikator universal kepita-pita kertas.
2)    Pilih satu seri larutan dapar Clark-Lubs, yang mempunyai perbedaan sebesa 0,2 satuan pH dan berada dalam trayek pH larutan uji. Teteskan beberapa tetes larutan indikator yang mempunyai pKIn kira-kira sama dengan pH larutan yang diuji, sehingga mengubah warna dalam trayek pH yang diperkirakan, kedalam masing-masing cuplikan dapar, dan kedalam uji yang berada dalam tabung reaksi yang sesuai.
3)    Warna larutan dapar yang telah diketahui pHnya dicocokkan dengan warna larutan uji. pH larutan yang diuji dapat ditentukan dengan ketelitian sampai 0,1 satuan pH.
pH dari larutan buffer dapat dihitung dari persamaan Henderson-Hasselbach atau persamaan Henderson. Untuk buffer asam lemah HA dan garamnya NA.
pH =
untuk buffer basa lemah dan garamnya,
pOH =
Dapat disimpulkan bahwa sifat larutan buffer: (Achmad, 2001)
1.    Mempunyai pH tertentu
2.    pHnya relative tidak berubah jika ditambah sedikit asam atau basa
3.    pHnya tidak berubah jika diencerkan

Langkah-langkah berikut iniberguna dalam menyiapkan sebuah dapar yaitu: (Martin,A., 1990)
a)        Pilihlah satu asam lemah yang memiliki pKa yang hamper sama dengan pH dapar yang akan dibuat. Tujuannya agar didapat dapar yang maksimun
b)        Dengan menggunakan persamaan dapar dihitung perbandingan garam dan asam lemah yang diperlakukan agar dicapai pH yang diinginkan. Persamaan dapar memberi hasil yang memuaskan untuk perkiraan perhitungan yang berbeda pada trayek pH 4-10
c)        Perkirakan konsentrasi garam dan asam yang diperlukan agar diperoleh kapasitas dapar yang sesuai. Besarnya konsentrasi cukup berkisar antara 0,05-0,5 M dan kapasitas dapar 0,01-0,1 umumnya sesuai
d)        Faktor-faktor yang penting dalam pembuatan dapar farmasi meliputi: bahan-bahan kimia yang tersedia, sterilisasi larutan akhir, kestabilan obat dan dapar untuk waktu yang cukup lama, harga bahan dan harus tidak toksis
e)        Yang terakhir, tentukan besar pH dan kapasitas dapar larutan yang telah diberi dapar dengan menggunakan pH meter. Dalam beberapa kasus ketepatan bias juga diperoleh dengan memakai kertas pH. Persamaan dapar akan berbeda dengan pH hasil eksperimen. Hal semacam ini terjai bila koefisien keaktifat tidak turut dihitung dan dengan demikian menekankan perlunya melakukan penentuan yang benar.
pH adalah suatu bilangan yang menyatakan keasaman atau kebasaan suatu zat yang larut  dalam air. Penetapan umumnya dilakukan secara potensiometri untuk penetapan yang tidak memerlukan ketelitian tinggi dapat dilakukan secara kolorimetri dengan menggunakan indikator (Syukri, 1999).
Larutan penyangga atau larutan buffer atau larutan dapar merupakan suatu larutan yang dapat menahan perubahan pH yang besar ketika ion – ion hidrogen atau hidroksida ditambahkan, atau ketika larutan itu diencerkan. Buffer dapat dibagi menjadi 3 jenis sesuai kapasitasnya, yaitu buffer yang kapasitasnya 0, buffer yang kapasitasnya tak hingga, serta buffer yang kapasitasnya dibatasi sebanyak n. Buffer dengan kapasitas terbatas inilah yang disebut sebagai bounded-buffer (Underwood, 2002 ).
Penahanan perubahan pH oleh dapar disebut kapasitas β atau efisiensi dapar, indeks dapar dan nilai dapar. Van Slyke memperkenalkan konsep kapasitas dapar dan mendefinisikannya sebagai perbandingan pertambahan basa kuat (atau asam) dengan sedikit perubahan pH yang terjadi karena penambahan basa itu (Martin, 1990).
Kapasitas buffer mengukur besarnya perubahan pH  larutan bila asam atau basa ditambahkan. Semakin kecil perubahan pH maka semakin besar kapasitas buffer. Kapasitas buffer diukur sebagai moles H+ atau OH- yang diperlukan guna merubah 1 L buffer 1 mol/L, sebesar 1 unit pH. Kapasitas buffer pada pH konstan sebanding dengan konsentrasi buffer (Montgomery,1993).
Derajat ionisasi adalah perbandingan hasil konsentrasi zat terurai atau zat-zat setelah reaksi terhadap konsentrasi zat mula-mula atau zat-zat sebelum reaksi. (Martin,A:1990)
Tetapan ionisasi adalah tetapan kesetimbangan dimana hasil konsentrasi zat terurai dibagi dengan konsentrasi zat mula-mula. (Martin,A:1990)
Pada umumnya, tetapan keasaman untuk asam lemah yang tidak bermuatan, HB dapat dinyatakan sebagai berikut: (Martin,A:1990)

HB + H2O ↔ OH- + BH+
Ada beberapa buffer  dalam darah yang mempertahankan pH darah pada pH 7,4 buffer yang terdapat dalam darah yaitu:
H2CO3       ;   B+H2PO4-      ;  HHbO2      ;     HHb     ;   H protein
B+HCO3        B22+HPO4-2       B+HbO2-        B+Hb         B+ protein
B+ adalah Na atau K, HHbO2 adalah oksihemoglobin, HHb adalah hemoglobil dan H protein adalah protein bebas. (Achmad, 2001)
Darah selalu berada pada pH = 7,4. Hal ini disebabkan karena adanya dapar primer dalam plasma dan dapar sekunder dalam eritrosit. Plasma terdiri atas asam karbonat/bikarbonat dan garam natrium asam/basa dari asam fosfat yang berlaku sebagai dapar. Protein plasma yang berlaku sebagai asam dalam darah dapat bergabung dalam basa dan bertindak sebagai dapar. Dalam eritrosit, dua sistem dapar tersebut mengandung hemoglobin/oksihemoglobin dan garam kalium asam/basa dari asam fosfat. (Martin,A.,1990)
Larutan buffer sering digunakan dalam bidang kimia analisis seperti pada pembuatan fase gerak pada KCKT dan ekstraksi obat dari larutan berair. Jenis buffer yang paling sederhana tersusun atas asam/basa lemah yang dikombinasikan dengan asam/basa kuat. Sistem buffer yang umum adalah sistem natrium asetat atau asam asetat. Cara langsung yang digunakan untuk membuat buffer adalah dengan menambahkan natrium hidroksida pada asam asetat sampai pH yang dikehendaki tercapai. Kisaran pH yang paling efektif untuk membuat buffer adalah satu unit pH disekitar nilai pKa asam atau basa lemah yang digunakan untuk membuat buffer. Sebagai contoh, nilai pKa asam asetat adalah 4,76 karenanya kisaran pH buffer yang paling efektif adalah 3,76 hingga 5,76 (Golib, 2007).
Pelarut dapat diklasifikasikan sebagai protofilik, protogenik, amfiprotik dan aprotik. Protofilik atau pelarut basa adalah suatu pelarut yang dapat menerima proton dari zat terlarut. Pelarut seperti aseton, eter dan cairan amoniak masuk dalam kelompok ini. Pelarut protogenik adalah senyawa pemberi proton yang ditunjukkan oleh asam seperti asam format, asam asetat, asam sulfat, cairan HCl, dan cairan HF. Pelarut amfiprotik bekerja sebagai penerima proton dan pemberi proton dan termasuk dalam kelompok ini adalah alkohol. Pelarut aprotik, seperti hidrokarbon, tidak menerima juga tidak member proton dan dalam keadaan ini menjadi netral, sehingga berguna untuk mempelajari reaksi asam dan basa yang bebas dari pengaruh pelarut.  (Martin,A., 1990)
Larutan penyangga digunakan secara luas dalam kimia analitis, biokimia, bakteriologi, fotografi, industri kulit dan zat warna. Dalam tiap bidang tersebut, terutama dalam biokimia dan bakteriologi, diperlukan trayek/rentang pH tertentu yang sempit untuk mencapai hasil optimum. Cairan tubuh, baik cairan intrasel maupun luar sel merupakan larutan penyangga. Sistem utama penyangga dalam cairan intrasel adalah pasangan dihidrogenfosfat-monohidrogenfosfat (H2PO4- dan HPO42-). Adapun sistem penyangga utama dalam cairan luar sel adalah pasangan asam karbonat-bikarbonat (H2CO3 – HCO3-). Sistem penyangga tersebut menjaga pH darah hampir konstan, yaitu sekitar 7,4. (Purba, 2006).
Buffer merupakan suatu sistem dalam larutan yang terdiri dari asam dan basa konjugasi yang pH-nya dipertahankan tidak berubah walaupun dengan penambahan ion-ion OH- atau H+. Biasanya larutan buffer terdiri atas campuran asam Bronsted lemah dan basa konjugasinya, misalnya campuran asam asetat dengan natrium asetat atau campuran ammonium hidroksida dengan ammonium klorida (Girindra,1993).
Larutan dapar seringkali dipakai dibidang farmasi, khususnya dalam pembuatan larutan obat mata (opHthalmic solution). Dapar dapat juga dipakai dalam penetapan pH dengan cara kolorimetri dan untuk studi penelitian yang memerlukan pH yang konstan. (Martin,A., 1990)
Obat-obat sebagai dapar. Penting juga bagi kita untuk mengetahui bahwa larutan obat yang merupakan larutan elektrolit lemah juga dapat memperlihatkan kerja seperti dapar. Larutan asam salisilat dalam botol kaca lunak dipengaruhi oleh kebasaan gelas itu. Semula diduga bahwa reaksi tersebut akan menyebabkan nilai pH naik, tetapi ternyata ion natrium dari kaca lunak bersenyawa dengan ion salisilat membentuk natrium salisilat. Akibatnya larutan asam salisilat dan natrium salisilat membentuk larutan dapar yang mencegah terjadinya perubahan pH. Dalam hal yang sama, larutan efedrin basa menunjukkan pula sifat dapar yaitu dengan mencegah turunnya nilai pH. Jika HCl ditambahnya ke larutan tersebut akan terbentuklah efedrin HCl dan sistem dapar efedrin dan efedrin HCl tersebut mencegah perubahan pH sampai efedrin habis bereaksi dengan asam. Oleh sebab itu obat-obat dalam bentuk larutan seringkali bertindak sebagai dapar untuk obat itu sendiri dalam jarak pH yang tertentu. Aksi dapar semacam itu sebenarnya terlalu lemah  untuk mencegah terjadinya perubahan pH karena adanya CO2 dari udara dan kebasaan botolnya. Karena itulah dapar tambahan sering ditambahkan kelarutan obat untuk menjaga  agar sistem tetap berada dalam trayek pH yang diinginkan. Pengukuran kuantitatif untuk efisiensi atau kapasitas dapar mencegah berubahnya pH. (Martin,A., 1990)



II.    Uraian Bahan
1.    Air suling ( Ditjen POM, 1979 : 96 )
Nama resmi          :   AQUA DESTILLATA
Nama lain              :   Air suling
RM / BM               :   H2O / 18,02
Bobot Jenis           :   0,997
Pemerian              :   Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa.
Penyimpanan        :   Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan              :   Sebagai larutan dengan pH netral

2.    Asam Asetat ( Ditjen POM, 1979: 41 )
Nama Resmi         :   Acidum Aceticum
Nama Lain                        :   Asam Asetat, Asam Cuka
RM/BM                 :   CH3COOH
Pemerian              :    Cairan jernih; tidak berwarna; bau menusuk; rasa asam, tajam
Kelarutan               :   Dapat campur dengan air, dengan etanol (95%) P dan dengan gliserol P
Penyimpanan        :    Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan              :    Sebagai dapar asetat

3.    Asam Klorida ( Ditjen POM, 1979: 53 )
Nama Resmi         :   ACIDUM CHLORIDUM
Nama Lain                        :   Asam Klorida
RM/BM                 :   HCl/36,46
Pemerian              :  Cairan tidak berwarna, berasap dan berbau
                                        merangsang
Kelarutan               :   Mudah larut dalam air
Penyimpanan        :   Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan              :   Sebagai larutan asam



4.    Natrium Hidroksida ( Ditjen POM, 1979 : 412 )
Nama Resmi                     :   NATRII HYDROXYDUM
Nama Lain                        :   Natrium Hidroksida
RM / BM                           :   NaOH / 40,00
Pemerian                          :   Bentuk batang, butiran, massa hablur, keping, keras, keras, kering, rapuh putih, mudah meleleh basa.
Kelarutan                           :   Sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol (95%) P
Penyimpanan                     :   Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan                           :   Sebagai larutan basa
III.    Prosedur Kerja (Anonim, 2013)
A.   Menentukan pH beberapa zat cair
1.    Hitunglah pH larutan di bawah ini.
Ø Larutan HCl 1,0 M; 0,1 M; 0,01 M; dan 0,001 M.
Ø Larutan NaOH 1,0 M; 0,1M; 0,01 M dan 0,001 M.
2.    Kemudian ukur pH larutan di atas menggunakan pH meter dan kertas pH universal, kemudian bandingkan dengan hasil hitungannya.
B.   Menentukan pH beberapa zat cair
1.      Hitung dan tentukan pH larutan dapar dari 50 ml Natrium hidroksida 0,1 M dan 50 ml asam astat 0,2 M.
2.      Kemudian buatlah larutan dapar tersebut.
3.      Ukurlah pH larutan dapar tersebut.
4.      Hitung kapasitas dapar larutan tersebut.
5.      Buktikan kemampuan dapar yang dibuat dengan menambahkan HCl 0,1 M dan NaOH 0,1 M ke dalam larutan dapar, kemudian ukur kembali pHnya.

BAB III
CARA KERJA
I.      Alat dan Bahan
A.   Alat yang digunakan
Alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu aluminium foil, gelas kimia, gelas ukur, pH meter dan pipet tetes.
B.   Bahan yang digunakan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu aquadest, HCl 0,1 M; 0,01 M; 0,001 M; 0,1 M, NaOH 0,1 M; 0,01 M; 0,001 M; 0,1 M, CH3COOH, dan tissue.
II.    Langkah Percobaan
A.     Menentukan pH beberapa zat cair
1.    Dihitung  pH larutan di bawah ini.
Ø     Larutan HCl 1,0 M; 0,1 M; 0,01 M; dan 0,001 M.
Ø    Larutan NaOH 1,0 M; 0,1M; 0,01 M dan 0,001 M.
2.    Kemudian, diukur pH larutan di atas menggunakan pH meter dan kertas pH universal, kemudian bandingkan dengan hasil hitungannya.        
B.   Menentukan pH beberapa zat cair
1.    Hitung dan tentukan pH larutan dapar dari 50 ml Natrium hidroksida 0,1 M dan 50 ml asam astat 0,2 M.
2.    Kemudian buatlah larutan dapar tersebut.
3.    Ukurlah pH larutan dapar tersebut.
4.    Hitung kapasitas dapar larutan tersebut.
5.    Buktikan kemampuan dapar yang dibuat dengan menambahkan HCl 0,1 M dan NaOH 0,1 M ke dalam larutan dapar, kemudian ukur kembali pHnya.




BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN          
I.        Hasil Percobaan dan Perhitungan
A.   Menentukan pH Beberapa Zat Cair
Nama zat cair
pH hasil perhitungan
pH cairan
pH meter
Kertas pH
HCl 0,001 M
3
3,11
7
HCl 0,01 M
2
2,08
4
HCl 0,1 M
1
1,07
1
HCl 1 M
0
0,20
0
NaOH 0,001 M
11
10,13
9
NaOH 0,01 M
12
11,63
11
NaOH 0,1 M
13
12,59
13
NaOH 1 M
14
13,01
14

B.    pH Dapar
Jenis Dapar
Dapar asetat
pH Dapar hasil hitungan
4,46
pH dapar hasil pengukuran
pH meter
Kertas indikator
4,05
4
Kapasitas dapar
0,0759
pH Dapar setelah penambahan basa
pH meter
Kertas indikator
4,10
4
pH Dapar setelah penambahan asam
4,01
4

            Perhitungan :
a.    Penetapan pH dari dapar asetat
50 ml CH3COOH 0,2 M                   n = 50 x 0,2 = 10 mmol
50 ml NaOH 0,1 M                           n = 50 x 0,1 = 5  mmol
CH3COOH  +  NaOH                      CH3COONa + H2O
 


M    10 mmol       5 mmol                              -               -
B      5 mmol        5 mmol                          5 mmol         -
S      5 mmol               -                             5 mmol          -

[CH3COONa] =
[CH3COOH] = 
pH = pKa + log
= 4,76 + log
= 4,76 + log 0,5
= 4,76-0,30
= 4,46

b.    Penetapan Kapasitas dapar dari dapar Asetat
Ka        =          antilog – pKa
        =          antilog – 4,76
        =          1,737 x 10-5
            [H3O+] =          antilog – pH
                        =          antilog – 4,46
                        =          3,467.10-5
            C         =          [garam] + [asam]
                        =          0,05 + 0,1
                        =          0,15
                = 2,3 x 0,15
                 = 0,345 x 
= 0,345 x
= 0,345 x 0,22 = 0,0759  sesuai ranges 0,01 – 0,1




II.        Pembahasan
Adapun tujuan praktikum ini adalah untuk menentukan pH beberapa zat cair seperti HCl dan NaOH, untuk membuat larutan dapar pada berbagai pHdan menghitung kapasitas dapar yang telah dibuat.
Dapar adalah senyawa-senyawa atau campuran senyawa yang dapat meniadakan perubahan pH terhadap penambaham sedikit asam atau basa. Kapasitas dapar yang disebut indeks buffer atau intensitas buffer yaitu suatu ukuran kemampuan buffer untuk mempertahankan pHnya yang konstan jika ditambahkan asam kuat atau basa kuat.
Larutan buffer dapat mempertahankan pHnya ketika ditambahkan sedikit asam atau basa. Ketika larutan buffer ditambahkan sedikit asam, asam tersebut akan dinetralkan oleh basa konjugasinya sehingga kesetimbangan akan bergeser kearah reaktan sehingga jumlah molekul asamnya akan meningkat. Begitu pula sebaliknya, jika larutan buffer ditambahkan basa, maka basa tersebut akan dinetralkan oleh asam lemahnya sehingga kesetimbangan akan bergeser ke arah produk dan meningkatkan jumlah basa konjugasinya.
Dalam penentuan pH ada dua cara yang dapat digunakan yaitu dengan metode kolorimetri dan metode potensiometri. Metode kolorimetri yaitu metode dengan menggunakan kertas indikator dan metode potensiometri yaitu metode dengan menggunakan pH meter.
Dalam  percobaan penentukan pH, zat cair yang digunakan yaitu HCl 0,1 M; 0,01 M; 0,001 M, 1 M dan NaOH 0,1 M; 0,01 M; 0,001 M ;1 M. Terlebih dahulu dilakukan penentuan pH larutan tersebut dengan menggunakan perhitungan, setelah itu dilakukan pengukuran pH dengan menggunakan pH meter dan kertas indikator, lalu hasilnya dibandingkan dan pada percobaan penentukan pH larutan dapar, dapar yang digunakan yaitu larutan dapar asetat. Terlebih dahulu dilakukan penentuan pH dan kapasitas dapar dengan menggunakan perhitungan serta dilakukan pengukuran pH larutan dapar yang telah dibuat dengan menggunakan pH meter dan kertas indikator, setelah itu untuk membuktikan kemampuan dapar yang telah dibuat larutan dapar ditambahkan dengan 10 tetes larutan HCl 0,1 M dan NaOH 0,1 M kemudian diukur kembali pH-nya dengan menggunakan pH meter dan kertas indikator lalu hasil pengukurannya dibandingkan.
Setelah percobaan dilakukan dapat dipereoleh hasil yaitu pada HCl 0,001 M pada perhitungan diperoleh hasil 3 dan pada pengukuran dengan menggunakan pH meter yaitu 3,11 dan pada saat menggunakan kertas pH menghasilkan pH 7. pada HCl 0,01 M pada perhitungan diperoleh hasil 2 dan pada pengukuran dengan menggunakan pH meter yaitu 2,08 dan pada saat menggunakan kertas pH menghasilkan pH 4.  Pada HCl 0,1 M pada perhitungan diperoleh hasil 1 dan pada pengukuran dengan menggunakan pH meter yaitu 1,07 dan pada saat menggunakan kertas pH menghasilkan pH 1. Pada HCl 1 M pada perhitungan diperoleh hasil 0 dan pada pengukuran dengan menggunakan pH meter yaitu 0,20 dan pada saat menggunakan kertas pH menghasilkan pH 0
Pada penentuan pH NaOH 0,001 M  pada perhitungan diperoleh hasil 11 dan pada pengukuran dengan menggunakan pH meter yaitu 10,13 dan pada saat menggunakan kertas indikator yaitu 9.  Pada NaOH 0,01 M  pada perhitungan diperoleh hasil 12 dan pada pengukuran dengan menggunakan pH meter yaitu 11,63 dan pada saat menggunakan kertas indikator yaitu 11. Pada NaOH 0,1 M  pada perhitungan diperoleh hasil 12 dan pada pengukuran dengan menggunakan pH meter yaitu 12,59  dan pada saat menggunakan kertas indikator yaitu 13. Pada NaOH 1 M  pada perhitungan diperoleh hasil 14 dan pada pengukuran dengan menggunakan pH meter yaitu 13,01 dan pada saat menggunakan kertas indikator yaitu 14.
Pada penentuan pH dengan menggunakan pH meter dan kertas indikator, hasil yang diperoleh ada beberapa yang menyimpang. Yaitu pada pengukuran HCl 0,001 dan HCl 0,01. Hasil yang diperoleh sangat berbeda yaitu pada HCl 0,001 dengan menggunakan pH meter yaitu 3,11 dan penggunaan kertas pH diperoleh 7. Pada HCl 0,01 pengukuran dengan menggunakan pH meter menghasilkan 2,08 dan menggunakan kertas pH yaitu 4. Hasil pengukuran ini sangat menyimpang dari apa yang seharusnya diperoleh.
Faktor yang menyebabkan adanya kesalahan dalam pemerolehan hasil yaitu alat yang digunakan mungkin tidak bersih sehingga larutan yang diukur terkontaminasi dengan larutan yang lain. 
Pada percobaan menentukan pH pada larutan dapar asetat diperoleh hasil bahwa pH dapar hasil perhitungan yaitu 4,46 sedangkan hasil pengukuran dengan menggunakan pH meter yaitu 4,05 dan pengukuran berdasarkan kertas indikator yaitu 4. Pada perhitungan kapasitas dapar diperoleh 0,0759 sesuai dengan ranges dan  setelah penambahan asam yaitu 4,01 sedangkan setelah penambahan basa yaitu 4,10.
Pada perhitungan dan pengukuran kapasitas dapar hasil yang diperoleh sudah sesuai dengan ranges. Dan pada saat penambahan asam dan basa pH dapar yang diperoleh tidak mengalami perubahan pH yang drastis. Hal ini berarti dapar yang telah dibuat sudah memenuhi kapasitas.
Larutan dapar seringkali dipakai dibidang farmasi, khususnya dalam pembuatan larutan obat mata (opHthalmic solution). Dapar dapat juga dipakai dalam penetapan pH dengan cara kolorimetri dan untuk studi penelitian yang memerlukan pH yang konstan.







BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
I.          Kesimpulan
Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa:
1.    Untuk HCl 0,001 M
Ø  hasil perhitungan pHnya yaitu 3
Ø  hasil pengukuran pH meter yaitu 3,11
Ø  hasil pengukuran kertas pH yaitu 7
2.    Untuk HCl 0,01 M
Ø  hasil perhitungan pHnya yaitu 2
Ø  hasil pengukuran pH meter yaitu 2,10
Ø  hasil pengukuran kertas pH yaitu 4
3.    Untuk HCl 0,1 M
Ø  hasil perhitungan pHnya yaitu 1
Ø  hasil pengukuran pH meter yaitu 1,07
Ø  hasil pengukuran kertas pH yaitu 1
4.    Untuk HCl 1 M
Ø  hasil perhitungan pHnya yaitu 0
Ø  hasil pengukuran pH meter yaitu 0,20
Ø  hasil pengukuran kertas pH yaitu 0
5.    Untuk NaOH 0,001 M
Ø  hasil perhitungan pHnya yaitu 11
Ø  hasil pengukuran pH meter yaitu 10,13
Ø  hasil pengukuran kertas pH yaitu 9
6.    Untuk NaOH 0,01 M
Ø  hasil perhitungan pHnya yaitu 12
Ø  hasil pengukuran pH meter yaitu 11,63
Ø  hasil pengukuran kertas pH yaitu 11
7.    Untuk NaOH 0,1 M
Ø  hasil perhitungan pHnya yaitu 13
Ø  hasil pengukuran pH meter yaitu 12,59
Ø  hasil pengukuran kertas pH yaitu 13
8.    Untuk NaOH 1 M
Ø  hasil perhitungan pHnya yaitu 14
Ø  hasil pengukuran pH meter yaitu 13,01
Ø  hasil pengukuran kertas pH yaitu 14
9.    pH dapar
Ø  hasil perhitungan yaitu 4,46  
Ø  hasil pengukuran pH meter yaitu 4,05
Ø  hasil pengukuran kertas pH yaitu 4
10.  kapasitas dapar
Ø  hasil perhitungan yaitu 0,0759
Ø  pH dapar setelah penambahan asam yaitu 4,10
Ø  setelah penambahan basa yaitu 4

II.    Saran
Sebaiknya dalam praktikum, semua praktikan harus lebih aktif dalam bekerja dan saling bekerja sama.
                                                                     




DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Hiskia.2001. Kimia Larutan:Jakarta
Daintith, J., 2008, Kamus Lengkap Kimia, Erlangga, Jakarta
Day, R.A. and A.L. Underwood, 1989, Analisis Kimia Kuantitatif Edisi 5, Aloysius H.P., penerjemah. Jakarta, Erlangga, Terjemahan dari : Quantitatif Analysis.
Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI. Jakarta
Ditjen POM.1979. Farmakope Indonesiaedisi III. Jakarta; Depkes RI.
Gholib,I.G. 2007. Kimia Analisis Farmasi. Pustaka Belajar: Yogyakarta.
Girindra, A.1993.Biokimia 1.Gramedia.Jakarta
Martin, Alfred, dkk.  1990 . Farmasi Fisika: Dasar-dasar farmasi fisika dalam ilmu farmasetika, diterjemahkan oleh Yoshita , edisi III , jilid I. Jakarta; penerbit UI.
Mirawati. 2013.Penuntun Praktikum Farmasi Fisika.Makassar;Jurusan Farmasi UMI.
Montgomery, et al.1993.Biokimia.UGM.Jogjakarta
Purba, Michael. 2006. Kimia. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pranama
Syukri, 1999. kimia dasar jilid II. penerbit: ITB, Bandung





SKEMA KERJA
Menentukan pH beberapa zat cair (HCl dan NaOH)
Dihitung pH larutan HCl 1,0 M; 0,1 M; 0,01 M; 0,001 M dan NaOH 1,0 M; 0,1 M; 0,01 M; 0,001 M

Diukur pH larutan diatas dengan menggunakan pH meter dan kertas universal

Dibandingkan hasilnya

Membuat larutan dapar
Dihitung pH larutan dapar dari 15 ml NaOH 0,1 M dan 10 tetes Asam asetat
Dibuat larutan dapar tersebut
Diukur pH larutan dapar
Dihitung kapasitas dapar
Dibuktikan kemampuan dapar yang dibuat dengan menambahkan HCl 0,1 M dan NaOH 0,1 M kedalam larutan dapar

Diukur kembali pHnyaBAB I
PENDAHULUAN
I.          LATAR BELAKANG
Seorang farmasis professional harus mampu memberikan rute obat yang sesuai pada kliennya. Pilihan rute pemberian obat yang sesuai bergantung pada kandungan obat dan efek yang digunakan serta kondisi fisik dan mental klien.Larutan dapar seringkali dipakai dibidang farmasi, khususnya dalam pembuatan larutan obat mata (ophthalmic solution). Dapar dapat juga dipakai dalam penetapan pH dengan cara kolorimetri dan untuk studi penelitian yang memerlukan pH yang konstan.
Obat-obat sebagai dapar. Penting juga bagi kita untuk mengetahui bahwa larutan obat yang merupakan larutan elektrolit lemah juga dapat memperlihatkan kerja seperti dapar. Larutan asam salisilat dalam botol kaca lunak dipengaruhi oleh kebasaan gelas itu. Semula diduga bahwa reaksi tersebut akan menyebabkan nilai pH naik, tetapi ternyata ion natrium dari kaca lunak bersenyawa dengan ion salisilat membentuk natrium salisilat. Akibatnya larutan asam salisilat dan natrium salisilat membentuk larutan dapar yang mencegah terjadinya perubahan pH. Dalam hal yang sama, larutan efedrin basa menunjukkan pula sifat dapar yaitu dengan mencegah turunnya nilai pH. Jika HCl ditambahnya ke larutan tersebut akan terbentuklah efedrin HCl dan sistem dapar efedrin dan efedrin HCl tersebut mencegah perubahan pH sampai efedrin habis bereaksi dengan asam. Oleh sebab itu obat-obat dalam bentuk larutan serringkali bertindak sebagai dapar untuk obat itu sendiri dalam jarak pH yang tertentu. Aksi dapar semacam itu sebenarnya terlalu lemah  untuk mencegah terjadinya perubahan pH karena adanya CO2 dari udara dan kebasaan botolnya. Karena itulah dapar tambahan sering ditambahkan kelarutan obat untuk menjaga  agar sistem tetap berada dalam trayek pH yang diinginkan. Pengukuran kuantitatif untuk efisiensi atau kapasitas dapar mencegah berubahnya pH.
Larutan penyangga sangat penting dalam kehidupan, misalnya dalam analisis kimia, biokimia, bakteriologi, zat warna, fotografi, dan industri kulit. Dalam bidang biokimia, kultur jaringan dan bakteri mengalami proses yang sangat sensitif terhadap perubahan pH. Darah dalam tubuh manusia mempunyai kisaran pH 7,35 sampai 7,45, dan apabila pH darah manusia di atas 7,8 akan menyebabkan organ tubuh manusia dapat rusak, sehingga harus dijaga kisaran pHnya dengan larutan penyangga.

II.        TUJUAN
Adapun tujuan praktikum ini adalah
Ø  untuk menentukan pH beberapa zat cair seperti HCl dan NaOH
Ø  untuk membuat larutan dapar pada berbagai pH
Ø  menghitung kapasitas dapar yang telah dibuat


III.        
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.      Dasar teori
Dapar adalah senyawa-senyawa atau campuran senyawa yang dapat meniadakan perubahan pH terhadap penambaham sedikit asam atau basa. (Martin,A., 1990)
Kapasitas dapar yang disebut indeks buffer atau intensitas buffer yaitu suatu ukuran kemampuan buffer untuk mempertahankan pHnya yang konstan jika ditambahkan asam kuat atau basa kuat. (Achmad, 2001)
Rumus untuk menghitung kapasitas dapar adalah sebagai berikut: (Martin,A., 1990)
Delta,seperti biasa berarti perubahan yang terbatas dan  adalah sedikit penambahan basa kuat ke dalam larutan dapar hingga menghasilkan perubahan pH=dinyatakan dalam gram/liter. Dari persamaan diketahui bahwa kapasitas dapar suatu larutan memiliki nilai 1 bila penambahan 1 garam ekuivalen basa kuat (asam) kedalam 1 liter larutan dapar menghasilkan perubahan sebesar 1 satuan pH. Arti indeks ini akan lebih tepat lagi bila digunakan untuk menghitung kapasitas larutan dapar.
Teori asam basa (Achmad, 2001)
1.    Teori Arrhenius (S.Arrhenius, 1884)
Pada tahun 1887 S. Arrhenius mengajukan suatu teori yang mengatakan bahwa apabila suatu elektrolit melarut, sebagian dari elektrolit ini terurai menjadi partikel positif dan partikel negatif yang disebut ion. Teori ini berhasil menjelaskan beberapa hal misalnya elektrolisis, dan hantaran elektrolit.
Menurut teori ini,
Asam dalam larutan air menghasilkan ion hydrogen, dan basa dalam larutan air menghasilkan ion hidroksida yang menetralkan asam sesuai dengan reaksi,
H+      +    OH-                H2O
2.    Teori Bronsted-Lowry (Johannes Nicholas Bronsted dan Thomas Martin Lowry, 1923)
Menurut Bronsted-Lowry asam adalah zat yang dapat memberkan proton. Basa adalah zat yang dapat menerima proton.
Asam       : penderma proton (penerima proton)       
Basa        : penerima proton (akseptor proton)
3.    Teori Lewis (Gillbert Newton Lewis, 1923)
Asam         :Setiap spesi yang mengandung atom dapat menerima  pasangan elektron
Basa          :Setiap spesi yang mengandung atom yang dapt menderma pasangan elektron
Indikator pH adalah larutan indikator dapat dikatakan sebagai suatu asam lemah yang dapat bertindak seperti dapar dan menghasilkan perubahan warna karena derajat disosiasinya berubah sesuai dengan perubahan pH. (Martin,A,. 1990)
Disosiasi indikator asam secara sederhana dapat ditulis sebagai berikut:
HIn     +   H2O      ↔       H3O+     +      In
Asam1     Basa2             Asam2             Basa1               
Kesetimbangannya :
HIn adalah bentuk indikator yang tidak terionisasi dan dapat member warna asam, sedangkan In- adalah bentuk indikator terionisasi dan dapat menghasilkan warna basa. KIn disebut tetapan indikator. Jika suatu asam ditambahkan kesuatu larutan indikator, konsentrasi ion hydrogen yang terbentuk disebelah kanan akan naik, dan tonisasi terhalang karena adanya efek ion sejenis. Akibatnya sebagian besar indekator akan berada dalam bentuk HIn warna asam. Jika basa yang ditambahkan, [H3O+] kan turun akibat reaksi asam dengan basa, persamaan reaksi bergerak kekanan membentuk indikator terionisasi In- lebih banyak dan warna akan mendominasi larutan tersebut. Jadi warna indikator merupakan fungsi pH larutan. Beberapa indikator dengan jarak pHnya. (Martin,A,. 1990)
Larutan buffer yang juga dikenal sebagai buffer, pada umumnya terdiri atas campuran asam lemah dan garamnya, misalnya, CH3COOH-CH3COONa atau basa lemah dan garamnya misalnya NH3-NH4Cl. Cara kerja larutan buffer berkaitan dengan pengaruh ion senama. Fakta bahwa penambahan ion senama dalam larutan asam lemah atau basa lemah menghasilkan pergeseran kesetimbangan kearah molekul asam atau basa yang tidak terurai. Oleh karena itu, larutan buffer dapat didefinisikan sebagai campuran asam lemah dengan basa konjugasinya atau basa lemah dan asam konjugasinya. (Achmad, 2001)
Metode kolorimetri untuk penentuan pH sebenarnya memberi hasil yang kurang teliti dan kurang memuaskan namun metode ini jauh lebih murah dibandingkan metode elektrometri. Metode kolorimetri ini dapat pula digunakan  untuk menentukan pH larutan encer baik yang tidak berwarna maupun yang keruh, dan khususnya berguna dalam mempelajari reaksi-reaksi asam-basa dalam larutan bukan air. Secara umum penerapan pH dengan cara kolorimetri mengikuti langkah-langkah tersebut sebagai berikut: (Martin,A., 1990)
1)    Perkirakan nilai pH larutan dengan cara menambahkan tetes indikator universal. Dapat pula digunakan pH yang berjarak lebar yang dibuat dengan meneteskan indikator universal kepita-pita kertas.
2)    Pilih satu seri larutan dapar Clark-Lubs, yang mempunyai perbedaan sebesa 0,2 satuan pH dan berada dalam trayek pH larutan uji. Teteskan beberapa tetes larutan indikator yang mempunyai pKIn kira-kira sama dengan pH larutan yang diuji, sehingga mengubah warna dalam trayek pH yang diperkirakan, kedalam masing-masing cuplikan dapar, dan kedalam uji yang berada dalam tabung reaksi yang sesuai.
3)    Warna larutan dapar yang telah diketahui pHnya dicocokkan dengan warna larutan uji. pH larutan yang diuji dapat ditentukan dengan ketelitian sampai 0,1 satuan pH.
pH dari larutan buffer dapat dihitung dari persamaan Henderson-Hasselbach atau persamaan Henderson. Untuk buffer asam lemah HA dan garamnya NA.
pH =
untuk buffer basa lemah dan garamnya,
pOH =
Dapat disimpulkan bahwa sifat larutan buffer: (Achmad, 2001)
1.    Mempunyai pH tertentu
2.    pHnya relative tidak berubah jika ditambah sedikit asam atau basa
3.    pHnya tidak berubah jika diencerkan

Langkah-langkah berikut iniberguna dalam menyiapkan sebuah dapar yaitu: (Martin,A., 1990)
a)        Pilihlah satu asam lemah yang memiliki pKa yang hamper sama dengan pH dapar yang akan dibuat. Tujuannya agar didapat dapar yang maksimun
b)        Dengan menggunakan persamaan dapar dihitung perbandingan garam dan asam lemah yang diperlakukan agar dicapai pH yang diinginkan. Persamaan dapar memberi hasil yang memuaskan untuk perkiraan perhitungan yang berbeda pada trayek pH 4-10
c)        Perkirakan konsentrasi garam dan asam yang diperlukan agar diperoleh kapasitas dapar yang sesuai. Besarnya konsentrasi cukup berkisar antara 0,05-0,5 M dan kapasitas dapar 0,01-0,1 umumnya sesuai
d)        Faktor-faktor yang penting dalam pembuatan dapar farmasi meliputi: bahan-bahan kimia yang tersedia, sterilisasi larutan akhir, kestabilan obat dan dapar untuk waktu yang cukup lama, harga bahan dan harus tidak toksis
e)        Yang terakhir, tentukan besar pH dan kapasitas dapar larutan yang telah diberi dapar dengan menggunakan pH meter. Dalam beberapa kasus ketepatan bias juga diperoleh dengan memakai kertas pH. Persamaan dapar akan berbeda dengan pH hasil eksperimen. Hal semacam ini terjai bila koefisien keaktifat tidak turut dihitung dan dengan demikian menekankan perlunya melakukan penentuan yang benar.
pH adalah suatu bilangan yang menyatakan keasaman atau kebasaan suatu zat yang larut  dalam air. Penetapan umumnya dilakukan secara potensiometri untuk penetapan yang tidak memerlukan ketelitian tinggi dapat dilakukan secara kolorimetri dengan menggunakan indikator (Syukri, 1999).
Larutan penyangga atau larutan buffer atau larutan dapar merupakan suatu larutan yang dapat menahan perubahan pH yang besar ketika ion – ion hidrogen atau hidroksida ditambahkan, atau ketika larutan itu diencerkan. Buffer dapat dibagi menjadi 3 jenis sesuai kapasitasnya, yaitu buffer yang kapasitasnya 0, buffer yang kapasitasnya tak hingga, serta buffer yang kapasitasnya dibatasi sebanyak n. Buffer dengan kapasitas terbatas inilah yang disebut sebagai bounded-buffer (Underwood, 2002 ).
Penahanan perubahan pH oleh dapar disebut kapasitas β atau efisiensi dapar, indeks dapar dan nilai dapar. Van Slyke memperkenalkan konsep kapasitas dapar dan mendefinisikannya sebagai perbandingan pertambahan basa kuat (atau asam) dengan sedikit perubahan pH yang terjadi karena penambahan basa itu (Martin, 1990).
Kapasitas buffer mengukur besarnya perubahan pH  larutan bila asam atau basa ditambahkan. Semakin kecil perubahan pH maka semakin besar kapasitas buffer. Kapasitas buffer diukur sebagai moles H+ atau OH- yang diperlukan guna merubah 1 L buffer 1 mol/L, sebesar 1 unit pH. Kapasitas buffer pada pH konstan sebanding dengan konsentrasi buffer (Montgomery,1993).
Derajat ionisasi adalah perbandingan hasil konsentrasi zat terurai atau zat-zat setelah reaksi terhadap konsentrasi zat mula-mula atau zat-zat sebelum reaksi. (Martin,A:1990)
Tetapan ionisasi adalah tetapan kesetimbangan dimana hasil konsentrasi zat terurai dibagi dengan konsentrasi zat mula-mula. (Martin,A:1990)
Pada umumnya, tetapan keasaman untuk asam lemah yang tidak bermuatan, HB dapat dinyatakan sebagai berikut: (Martin,A:1990)

HB + H2O ↔ OH- + BH+
Ada beberapa buffer  dalam darah yang mempertahankan pH darah pada pH 7,4 buffer yang terdapat dalam darah yaitu:
H2CO3       ;   B+H2PO4-      ;  HHbO2      ;     HHb     ;   H protein
B+HCO3        B22+HPO4-2       B+HbO2-        B+Hb         B+ protein
B+ adalah Na atau K, HHbO2 adalah oksihemoglobin, HHb adalah hemoglobil dan H protein adalah protein bebas. (Achmad, 2001)
Darah selalu berada pada pH = 7,4. Hal ini disebabkan karena adanya dapar primer dalam plasma dan dapar sekunder dalam eritrosit. Plasma terdiri atas asam karbonat/bikarbonat dan garam natrium asam/basa dari asam fosfat yang berlaku sebagai dapar. Protein plasma yang berlaku sebagai asam dalam darah dapat bergabung dalam basa dan bertindak sebagai dapar. Dalam eritrosit, dua sistem dapar tersebut mengandung hemoglobin/oksihemoglobin dan garam kalium asam/basa dari asam fosfat. (Martin,A.,1990)
Larutan buffer sering digunakan dalam bidang kimia analisis seperti pada pembuatan fase gerak pada KCKT dan ekstraksi obat dari larutan berair. Jenis buffer yang paling sederhana tersusun atas asam/basa lemah yang dikombinasikan dengan asam/basa kuat. Sistem buffer yang umum adalah sistem natrium asetat atau asam asetat. Cara langsung yang digunakan untuk membuat buffer adalah dengan menambahkan natrium hidroksida pada asam asetat sampai pH yang dikehendaki tercapai. Kisaran pH yang paling efektif untuk membuat buffer adalah satu unit pH disekitar nilai pKa asam atau basa lemah yang digunakan untuk membuat buffer. Sebagai contoh, nilai pKa asam asetat adalah 4,76 karenanya kisaran pH buffer yang paling efektif adalah 3,76 hingga 5,76 (Golib, 2007).
Pelarut dapat diklasifikasikan sebagai protofilik, protogenik, amfiprotik dan aprotik. Protofilik atau pelarut basa adalah suatu pelarut yang dapat menerima proton dari zat terlarut. Pelarut seperti aseton, eter dan cairan amoniak masuk dalam kelompok ini. Pelarut protogenik adalah senyawa pemberi proton yang ditunjukkan oleh asam seperti asam format, asam asetat, asam sulfat, cairan HCl, dan cairan HF. Pelarut amfiprotik bekerja sebagai penerima proton dan pemberi proton dan termasuk dalam kelompok ini adalah alkohol. Pelarut aprotik, seperti hidrokarbon, tidak menerima juga tidak member proton dan dalam keadaan ini menjadi netral, sehingga berguna untuk mempelajari reaksi asam dan basa yang bebas dari pengaruh pelarut.  (Martin,A., 1990)
Larutan penyangga digunakan secara luas dalam kimia analitis, biokimia, bakteriologi, fotografi, industri kulit dan zat warna. Dalam tiap bidang tersebut, terutama dalam biokimia dan bakteriologi, diperlukan trayek/rentang pH tertentu yang sempit untuk mencapai hasil optimum. Cairan tubuh, baik cairan intrasel maupun luar sel merupakan larutan penyangga. Sistem utama penyangga dalam cairan intrasel adalah pasangan dihidrogenfosfat-monohidrogenfosfat (H2PO4- dan HPO42-). Adapun sistem penyangga utama dalam cairan luar sel adalah pasangan asam karbonat-bikarbonat (H2CO3 – HCO3-). Sistem penyangga tersebut menjaga pH darah hampir konstan, yaitu sekitar 7,4. (Purba, 2006).
Buffer merupakan suatu sistem dalam larutan yang terdiri dari asam dan basa konjugasi yang pH-nya dipertahankan tidak berubah walaupun dengan penambahan ion-ion OH- atau H+. Biasanya larutan buffer terdiri atas campuran asam Bronsted lemah dan basa konjugasinya, misalnya campuran asam asetat dengan natrium asetat atau campuran ammonium hidroksida dengan ammonium klorida (Girindra,1993).
Larutan dapar seringkali dipakai dibidang farmasi, khususnya dalam pembuatan larutan obat mata (opHthalmic solution). Dapar dapat juga dipakai dalam penetapan pH dengan cara kolorimetri dan untuk studi penelitian yang memerlukan pH yang konstan. (Martin,A., 1990)
Obat-obat sebagai dapar. Penting juga bagi kita untuk mengetahui bahwa larutan obat yang merupakan larutan elektrolit lemah juga dapat memperlihatkan kerja seperti dapar. Larutan asam salisilat dalam botol kaca lunak dipengaruhi oleh kebasaan gelas itu. Semula diduga bahwa reaksi tersebut akan menyebabkan nilai pH naik, tetapi ternyata ion natrium dari kaca lunak bersenyawa dengan ion salisilat membentuk natrium salisilat. Akibatnya larutan asam salisilat dan natrium salisilat membentuk larutan dapar yang mencegah terjadinya perubahan pH. Dalam hal yang sama, larutan efedrin basa menunjukkan pula sifat dapar yaitu dengan mencegah turunnya nilai pH. Jika HCl ditambahnya ke larutan tersebut akan terbentuklah efedrin HCl dan sistem dapar efedrin dan efedrin HCl tersebut mencegah perubahan pH sampai efedrin habis bereaksi dengan asam. Oleh sebab itu obat-obat dalam bentuk larutan seringkali bertindak sebagai dapar untuk obat itu sendiri dalam jarak pH yang tertentu. Aksi dapar semacam itu sebenarnya terlalu lemah  untuk mencegah terjadinya perubahan pH karena adanya CO2 dari udara dan kebasaan botolnya. Karena itulah dapar tambahan sering ditambahkan kelarutan obat untuk menjaga  agar sistem tetap berada dalam trayek pH yang diinginkan. Pengukuran kuantitatif untuk efisiensi atau kapasitas dapar mencegah berubahnya pH. (Martin,A., 1990)



II.    Uraian Bahan
1.    Air suling ( Ditjen POM, 1979 : 96 )
Nama resmi          :   AQUA DESTILLATA
Nama lain              :   Air suling
RM / BM               :   H2O / 18,02
Bobot Jenis           :   0,997
Pemerian              :   Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa.
Penyimpanan        :   Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan              :   Sebagai larutan dengan pH netral

2.    Asam Asetat ( Ditjen POM, 1979: 41 )
Nama Resmi         :   Acidum Aceticum
Nama Lain                        :   Asam Asetat, Asam Cuka
RM/BM                 :   CH3COOH
Pemerian              :    Cairan jernih; tidak berwarna; bau menusuk; rasa asam, tajam
Kelarutan               :   Dapat campur dengan air, dengan etanol (95%) P dan dengan gliserol P
Penyimpanan        :    Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan              :    Sebagai dapar asetat

3.    Asam Klorida ( Ditjen POM, 1979: 53 )
Nama Resmi         :   ACIDUM CHLORIDUM
Nama Lain                        :   Asam Klorida
RM/BM                 :   HCl/36,46
Pemerian              :  Cairan tidak berwarna, berasap dan berbau
                                        merangsang
Kelarutan               :   Mudah larut dalam air
Penyimpanan        :   Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan              :   Sebagai larutan asam



4.    Natrium Hidroksida ( Ditjen POM, 1979 : 412 )
Nama Resmi                     :   NATRII HYDROXYDUM
Nama Lain                        :   Natrium Hidroksida
RM / BM                           :   NaOH / 40,00
Pemerian                          :   Bentuk batang, butiran, massa hablur, keping, keras, keras, kering, rapuh putih, mudah meleleh basa.
Kelarutan                           :   Sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol (95%) P
Penyimpanan                     :   Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan                           :   Sebagai larutan basa
III.    Prosedur Kerja (Anonim, 2013)
A.   Menentukan pH beberapa zat cair
1.    Hitunglah pH larutan di bawah ini.
Ø Larutan HCl 1,0 M; 0,1 M; 0,01 M; dan 0,001 M.
Ø Larutan NaOH 1,0 M; 0,1M; 0,01 M dan 0,001 M.
2.    Kemudian ukur pH larutan di atas menggunakan pH meter dan kertas pH universal, kemudian bandingkan dengan hasil hitungannya.
B.   Menentukan pH beberapa zat cair
1.      Hitung dan tentukan pH larutan dapar dari 50 ml Natrium hidroksida 0,1 M dan 50 ml asam astat 0,2 M.
2.      Kemudian buatlah larutan dapar tersebut.
3.      Ukurlah pH larutan dapar tersebut.
4.      Hitung kapasitas dapar larutan tersebut.
5.      Buktikan kemampuan dapar yang dibuat dengan menambahkan HCl 0,1 M dan NaOH 0,1 M ke dalam larutan dapar, kemudian ukur kembali pHnya.

BAB III
CARA KERJA
I.      Alat dan Bahan
A.   Alat yang digunakan
Alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu aluminium foil, gelas kimia, gelas ukur, pH meter dan pipet tetes.
B.   Bahan yang digunakan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu aquadest, HCl 0,1 M; 0,01 M; 0,001 M; 0,1 M, NaOH 0,1 M; 0,01 M; 0,001 M; 0,1 M, CH3COOH, dan tissue.
II.    Langkah Percobaan
A.     Menentukan pH beberapa zat cair
1.    Dihitung  pH larutan di bawah ini.
Ø     Larutan HCl 1,0 M; 0,1 M; 0,01 M; dan 0,001 M.
Ø    Larutan NaOH 1,0 M; 0,1M; 0,01 M dan 0,001 M.
2.    Kemudian, diukur pH larutan di atas menggunakan pH meter dan kertas pH universal, kemudian bandingkan dengan hasil hitungannya.        
B.   Menentukan pH beberapa zat cair
1.    Hitung dan tentukan pH larutan dapar dari 50 ml Natrium hidroksida 0,1 M dan 50 ml asam astat 0,2 M.
2.    Kemudian buatlah larutan dapar tersebut.
3.    Ukurlah pH larutan dapar tersebut.
4.    Hitung kapasitas dapar larutan tersebut.
5.    Buktikan kemampuan dapar yang dibuat dengan menambahkan HCl 0,1 M dan NaOH 0,1 M ke dalam larutan dapar, kemudian ukur kembali pHnya.




BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN          
I.        Hasil Percobaan dan Perhitungan
A.   Menentukan pH Beberapa Zat Cair
Nama zat cair
pH hasil perhitungan
pH cairan
pH meter
Kertas pH
HCl 0,001 M
3
3,11
7
HCl 0,01 M
2
2,08
4
HCl 0,1 M
1
1,07
1
HCl 1 M
0
0,20
0
NaOH 0,001 M
11
10,13
9
NaOH 0,01 M
12
11,63
11
NaOH 0,1 M
13
12,59
13
NaOH 1 M
14
13,01
14

B.    pH Dapar
Jenis Dapar
Dapar asetat
pH Dapar hasil hitungan
4,46
pH dapar hasil pengukuran
pH meter
Kertas indikator
4,05
4
Kapasitas dapar
0,0759
pH Dapar setelah penambahan basa
pH meter
Kertas indikator
4,10
4
pH Dapar setelah penambahan asam
4,01
4

            Perhitungan :
a.    Penetapan pH dari dapar asetat
50 ml CH3COOH 0,2 M                   n = 50 x 0,2 = 10 mmol
50 ml NaOH 0,1 M                           n = 50 x 0,1 = 5  mmol
CH3COOH  +  NaOH                      CH3COONa + H2O
 


M    10 mmol       5 mmol                              -               -
B      5 mmol        5 mmol                          5 mmol         -
S      5 mmol               -                             5 mmol          -

[CH3COONa] =
[CH3COOH] = 
pH = pKa + log
= 4,76 + log
= 4,76 + log 0,5
= 4,76-0,30
= 4,46

b.    Penetapan Kapasitas dapar dari dapar Asetat
Ka        =          antilog – pKa
        =          antilog – 4,76
        =          1,737 x 10-5
            [H3O+] =          antilog – pH
                        =          antilog – 4,46
                        =          3,467.10-5
            C         =          [garam] + [asam]
                        =          0,05 + 0,1
                        =          0,15
                = 2,3 x 0,15
                 = 0,345 x 
= 0,345 x
= 0,345 x 0,22 = 0,0759  sesuai ranges 0,01 – 0,1




II.        Pembahasan
Adapun tujuan praktikum ini adalah untuk menentukan pH beberapa zat cair seperti HCl dan NaOH, untuk membuat larutan dapar pada berbagai pHdan menghitung kapasitas dapar yang telah dibuat.
Dapar adalah senyawa-senyawa atau campuran senyawa yang dapat meniadakan perubahan pH terhadap penambaham sedikit asam atau basa. Kapasitas dapar yang disebut indeks buffer atau intensitas buffer yaitu suatu ukuran kemampuan buffer untuk mempertahankan pHnya yang konstan jika ditambahkan asam kuat atau basa kuat.
Larutan buffer dapat mempertahankan pHnya ketika ditambahkan sedikit asam atau basa. Ketika larutan buffer ditambahkan sedikit asam, asam tersebut akan dinetralkan oleh basa konjugasinya sehingga kesetimbangan akan bergeser kearah reaktan sehingga jumlah molekul asamnya akan meningkat. Begitu pula sebaliknya, jika larutan buffer ditambahkan basa, maka basa tersebut akan dinetralkan oleh asam lemahnya sehingga kesetimbangan akan bergeser ke arah produk dan meningkatkan jumlah basa konjugasinya.
Dalam penentuan pH ada dua cara yang dapat digunakan yaitu dengan metode kolorimetri dan metode potensiometri. Metode kolorimetri yaitu metode dengan menggunakan kertas indikator dan metode potensiometri yaitu metode dengan menggunakan pH meter.
Dalam  percobaan penentukan pH, zat cair yang digunakan yaitu HCl 0,1 M; 0,01 M; 0,001 M, 1 M dan NaOH 0,1 M; 0,01 M; 0,001 M ;1 M. Terlebih dahulu dilakukan penentuan pH larutan tersebut dengan menggunakan perhitungan, setelah itu dilakukan pengukuran pH dengan menggunakan pH meter dan kertas indikator, lalu hasilnya dibandingkan dan pada percobaan penentukan pH larutan dapar, dapar yang digunakan yaitu larutan dapar asetat. Terlebih dahulu dilakukan penentuan pH dan kapasitas dapar dengan menggunakan perhitungan serta dilakukan pengukuran pH larutan dapar yang telah dibuat dengan menggunakan pH meter dan kertas indikator, setelah itu untuk membuktikan kemampuan dapar yang telah dibuat larutan dapar ditambahkan dengan 10 tetes larutan HCl 0,1 M dan NaOH 0,1 M kemudian diukur kembali pH-nya dengan menggunakan pH meter dan kertas indikator lalu hasil pengukurannya dibandingkan.
Setelah percobaan dilakukan dapat dipereoleh hasil yaitu pada HCl 0,001 M pada perhitungan diperoleh hasil 3 dan pada pengukuran dengan menggunakan pH meter yaitu 3,11 dan pada saat menggunakan kertas pH menghasilkan pH 7. pada HCl 0,01 M pada perhitungan diperoleh hasil 2 dan pada pengukuran dengan menggunakan pH meter yaitu 2,08 dan pada saat menggunakan kertas pH menghasilkan pH 4.  Pada HCl 0,1 M pada perhitungan diperoleh hasil 1 dan pada pengukuran dengan menggunakan pH meter yaitu 1,07 dan pada saat menggunakan kertas pH menghasilkan pH 1. Pada HCl 1 M pada perhitungan diperoleh hasil 0 dan pada pengukuran dengan menggunakan pH meter yaitu 0,20 dan pada saat menggunakan kertas pH menghasilkan pH 0
Pada penentuan pH NaOH 0,001 M  pada perhitungan diperoleh hasil 11 dan pada pengukuran dengan menggunakan pH meter yaitu 10,13 dan pada saat menggunakan kertas indikator yaitu 9.  Pada NaOH 0,01 M  pada perhitungan diperoleh hasil 12 dan pada pengukuran dengan menggunakan pH meter yaitu 11,63 dan pada saat menggunakan kertas indikator yaitu 11. Pada NaOH 0,1 M  pada perhitungan diperoleh hasil 12 dan pada pengukuran dengan menggunakan pH meter yaitu 12,59  dan pada saat menggunakan kertas indikator yaitu 13. Pada NaOH 1 M  pada perhitungan diperoleh hasil 14 dan pada pengukuran dengan menggunakan pH meter yaitu 13,01 dan pada saat menggunakan kertas indikator yaitu 14.
Pada penentuan pH dengan menggunakan pH meter dan kertas indikator, hasil yang diperoleh ada beberapa yang menyimpang. Yaitu pada pengukuran HCl 0,001 dan HCl 0,01. Hasil yang diperoleh sangat berbeda yaitu pada HCl 0,001 dengan menggunakan pH meter yaitu 3,11 dan penggunaan kertas pH diperoleh 7. Pada HCl 0,01 pengukuran dengan menggunakan pH meter menghasilkan 2,08 dan menggunakan kertas pH yaitu 4. Hasil pengukuran ini sangat menyimpang dari apa yang seharusnya diperoleh.
Faktor yang menyebabkan adanya kesalahan dalam pemerolehan hasil yaitu alat yang digunakan mungkin tidak bersih sehingga larutan yang diukur terkontaminasi dengan larutan yang lain. 
Pada percobaan menentukan pH pada larutan dapar asetat diperoleh hasil bahwa pH dapar hasil perhitungan yaitu 4,46 sedangkan hasil pengukuran dengan menggunakan pH meter yaitu 4,05 dan pengukuran berdasarkan kertas indikator yaitu 4. Pada perhitungan kapasitas dapar diperoleh 0,0759 sesuai dengan ranges dan  setelah penambahan asam yaitu 4,01 sedangkan setelah penambahan basa yaitu 4,10.
Pada perhitungan dan pengukuran kapasitas dapar hasil yang diperoleh sudah sesuai dengan ranges. Dan pada saat penambahan asam dan basa pH dapar yang diperoleh tidak mengalami perubahan pH yang drastis. Hal ini berarti dapar yang telah dibuat sudah memenuhi kapasitas.
Larutan dapar seringkali dipakai dibidang farmasi, khususnya dalam pembuatan larutan obat mata (opHthalmic solution). Dapar dapat juga dipakai dalam penetapan pH dengan cara kolorimetri dan untuk studi penelitian yang memerlukan pH yang konstan.







BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
I.          Kesimpulan
Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa:
1.    Untuk HCl 0,001 M
Ø  hasil perhitungan pHnya yaitu 3
Ø  hasil pengukuran pH meter yaitu 3,11
Ø  hasil pengukuran kertas pH yaitu 7
2.    Untuk HCl 0,01 M
Ø  hasil perhitungan pHnya yaitu 2
Ø  hasil pengukuran pH meter yaitu 2,10
Ø  hasil pengukuran kertas pH yaitu 4
3.    Untuk HCl 0,1 M
Ø  hasil perhitungan pHnya yaitu 1
Ø  hasil pengukuran pH meter yaitu 1,07
Ø  hasil pengukuran kertas pH yaitu 1
4.    Untuk HCl 1 M
Ø  hasil perhitungan pHnya yaitu 0
Ø  hasil pengukuran pH meter yaitu 0,20
Ø  hasil pengukuran kertas pH yaitu 0
5.    Untuk NaOH 0,001 M
Ø  hasil perhitungan pHnya yaitu 11
Ø  hasil pengukuran pH meter yaitu 10,13
Ø  hasil pengukuran kertas pH yaitu 9
6.    Untuk NaOH 0,01 M
Ø  hasil perhitungan pHnya yaitu 12
Ø  hasil pengukuran pH meter yaitu 11,63
Ø  hasil pengukuran kertas pH yaitu 11
7.    Untuk NaOH 0,1 M
Ø  hasil perhitungan pHnya yaitu 13
Ø  hasil pengukuran pH meter yaitu 12,59
Ø  hasil pengukuran kertas pH yaitu 13
8.    Untuk NaOH 1 M
Ø  hasil perhitungan pHnya yaitu 14
Ø  hasil pengukuran pH meter yaitu 13,01
Ø  hasil pengukuran kertas pH yaitu 14
9.    pH dapar
Ø  hasil perhitungan yaitu 4,46  
Ø  hasil pengukuran pH meter yaitu 4,05
Ø  hasil pengukuran kertas pH yaitu 4
10.  kapasitas dapar
Ø  hasil perhitungan yaitu 0,0759
Ø  pH dapar setelah penambahan asam yaitu 4,10
Ø  setelah penambahan basa yaitu 4

II.    Saran
Sebaiknya dalam praktikum, semua praktikan harus lebih aktif dalam bekerja dan saling bekerja sama.
                                                                     




DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Hiskia.2001. Kimia Larutan:Jakarta
Daintith, J., 2008, Kamus Lengkap Kimia, Erlangga, Jakarta
Day, R.A. and A.L. Underwood, 1989, Analisis Kimia Kuantitatif Edisi 5, Aloysius H.P., penerjemah. Jakarta, Erlangga, Terjemahan dari : Quantitatif Analysis.
Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI. Jakarta
Ditjen POM.1979. Farmakope Indonesiaedisi III. Jakarta; Depkes RI.
Gholib,I.G. 2007. Kimia Analisis Farmasi. Pustaka Belajar: Yogyakarta.
Girindra, A.1993.Biokimia 1.Gramedia.Jakarta
Martin, Alfred, dkk.  1990 . Farmasi Fisika: Dasar-dasar farmasi fisika dalam ilmu farmasetika, diterjemahkan oleh Yoshita , edisi III , jilid I. Jakarta; penerbit UI.
Mirawati. 2013.Penuntun Praktikum Farmasi Fisika.Makassar;Jurusan Farmasi UMI.
Montgomery, et al.1993.Biokimia.UGM.Jogjakarta
Purba, Michael. 2006. Kimia. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pranama
Syukri, 1999. kimia dasar jilid II. penerbit: ITB, Bandung





SKEMA KERJA
Menentukan pH beberapa zat cair (HCl dan NaOH)
Dihitung pH larutan HCl 1,0 M; 0,1 M; 0,01 M; 0,001 M dan NaOH 1,0 M; 0,1 M; 0,01 M; 0,001 M

Diukur pH larutan diatas dengan menggunakan pH meter dan kertas universal

Dibandingkan hasilnya

Membuat larutan dapar
Dihitung pH larutan dapar dari 15 ml NaOH 0,1 M dan 10 tetes Asam asetat
Dibuat larutan dapar tersebut
Diukur pH larutan dapar
Dihitung kapasitas dapar
Dibuktikan kemampuan dapar yang dibuat dengan menambahkan HCl 0,1 M dan NaOH 0,1 M kedalam larutan dapar
Diukur kembali pHnya 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar