BAB
I
PENDAHULUAN
I.
LATAR BELAKANG
Seorang farmasis professional harus mampu memberikan rute
obat yang sesuai pada kliennya. Pilihan rute pemberian obat yang sesuai
bergantung pada kandungan obat dan efek yang digunakan serta kondisi fisik dan
mental klien.Larutan dapar seringkali dipakai dibidang farmasi, khususnya dalam
pembuatan larutan obat mata (ophthalmic solution). Dapar dapat juga dipakai
dalam penetapan pH dengan cara kolorimetri dan untuk studi penelitian yang
memerlukan pH yang konstan.
Obat-obat sebagai dapar. Penting juga bagi
kita untuk mengetahui bahwa larutan obat yang merupakan larutan elektrolit
lemah juga dapat memperlihatkan kerja seperti dapar. Larutan asam salisilat
dalam botol kaca lunak dipengaruhi oleh kebasaan gelas itu. Semula diduga bahwa
reaksi tersebut akan menyebabkan nilai pH naik, tetapi ternyata ion natrium
dari kaca lunak bersenyawa dengan ion salisilat membentuk natrium salisilat.
Akibatnya larutan asam salisilat dan natrium salisilat membentuk larutan dapar
yang mencegah terjadinya perubahan pH. Dalam hal yang sama, larutan efedrin
basa menunjukkan pula sifat dapar yaitu dengan mencegah turunnya nilai pH. Jika
HCl ditambahnya ke larutan tersebut akan terbentuklah efedrin HCl dan sistem
dapar efedrin dan efedrin HCl tersebut mencegah perubahan pH sampai efedrin
habis bereaksi dengan asam. Oleh sebab itu obat-obat dalam bentuk larutan
serringkali bertindak sebagai dapar untuk obat itu sendiri dalam jarak pH yang
tertentu. Aksi dapar semacam itu sebenarnya terlalu lemah untuk mencegah terjadinya perubahan pH karena
adanya CO2 dari udara dan kebasaan botolnya. Karena itulah dapar
tambahan sering ditambahkan kelarutan obat untuk menjaga agar sistem tetap berada dalam trayek pH yang
diinginkan. Pengukuran kuantitatif untuk efisiensi atau kapasitas dapar mencegah
berubahnya pH.
Larutan
penyangga sangat penting dalam kehidupan, misalnya dalam analisis kimia,
biokimia, bakteriologi, zat warna, fotografi, dan industri kulit. Dalam bidang
biokimia, kultur jaringan dan bakteri mengalami proses yang sangat sensitif
terhadap perubahan pH. Darah dalam tubuh manusia mempunyai kisaran pH 7,35
sampai 7,45, dan apabila pH darah manusia di atas 7,8 akan menyebabkan organ
tubuh manusia dapat rusak, sehingga harus dijaga kisaran pHnya dengan larutan
penyangga.
II.
TUJUAN
Adapun tujuan
praktikum ini adalah
Ø untuk
menentukan pH beberapa zat cair seperti HCl dan NaOH
Ø untuk
membuat larutan dapar pada berbagai pH
Ø menghitung
kapasitas dapar yang telah dibuat
III.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
I.
Dasar teori
Dapar
adalah senyawa-senyawa atau campuran senyawa yang dapat meniadakan perubahan pH
terhadap penambaham sedikit asam atau basa. (Martin,A., 1990)
Kapasitas
dapar yang disebut indeks buffer atau intensitas buffer yaitu suatu ukuran
kemampuan buffer untuk mempertahankan pHnya yang konstan jika ditambahkan asam
kuat atau basa kuat. (Achmad, 2001)
Rumus
untuk menghitung kapasitas dapar adalah sebagai berikut: (Martin,A., 1990)

Delta,
seperti biasa berarti perubahan yang terbatas dan
adalah sedikit penambahan
basa kuat ke dalam larutan dapar hingga menghasilkan perubahan pH=
dinyatakan dalam gram/liter. Dari persamaan diketahui bahwa
kapasitas dapar suatu larutan memiliki nilai 1 bila penambahan 1 garam ekuivalen
basa kuat (asam) kedalam 1 liter larutan dapar menghasilkan perubahan sebesar 1
satuan pH. Arti indeks ini akan lebih tepat lagi bila digunakan untuk
menghitung kapasitas larutan dapar.



Teori
asam basa (Achmad, 2001)
1.
Teori
Arrhenius (S.Arrhenius, 1884)
Pada tahun 1887 S.
Arrhenius mengajukan suatu teori yang mengatakan bahwa apabila suatu elektrolit
melarut, sebagian dari elektrolit ini terurai menjadi partikel positif dan
partikel negatif yang disebut ion. Teori ini berhasil menjelaskan beberapa hal
misalnya elektrolisis, dan hantaran elektrolit.
Menurut
teori ini,
Asam dalam larutan air menghasilkan ion
hydrogen, dan basa dalam larutan air menghasilkan ion hidroksida yang
menetralkan asam sesuai dengan reaksi,

2. Teori Bronsted-Lowry (Johannes
Nicholas Bronsted dan Thomas Martin Lowry, 1923)
Menurut Bronsted-Lowry asam adalah zat
yang dapat memberkan proton. Basa adalah zat yang dapat menerima proton.
Asam :
penderma proton (penerima proton)
Basa : penerima proton (akseptor proton)
3. Teori Lewis (Gillbert Newton Lewis,
1923)
Asam :Setiap
spesi yang mengandung atom dapat menerima
pasangan elektron
Basa :Setiap
spesi yang mengandung atom yang dapt menderma pasangan elektron
Indikator
pH adalah larutan indikator dapat dikatakan sebagai suatu asam lemah yang dapat
bertindak seperti dapar dan menghasilkan perubahan warna karena derajat
disosiasinya berubah sesuai dengan perubahan pH. (Martin,A,. 1990)
Disosiasi
indikator asam secara sederhana dapat ditulis sebagai berikut:
HIn
+ H2O ↔ H3O+ + In
Asam1 Basa2 Asam2 Basa1
Kesetimbangannya :

HIn adalah bentuk indikator yang tidak
terionisasi dan dapat member warna asam, sedangkan In- adalah bentuk
indikator terionisasi dan dapat menghasilkan warna basa. KIn disebut tetapan indikator.
Jika suatu asam ditambahkan kesuatu larutan indikator, konsentrasi ion hydrogen
yang terbentuk disebelah kanan akan naik, dan tonisasi terhalang karena adanya
efek ion sejenis. Akibatnya sebagian besar indekator akan berada dalam bentuk
HIn warna asam. Jika basa yang ditambahkan, [H3O+] kan
turun akibat reaksi asam dengan basa, persamaan reaksi bergerak kekanan
membentuk indikator terionisasi In- lebih banyak dan warna akan
mendominasi larutan tersebut. Jadi warna indikator merupakan fungsi pH larutan.
Beberapa indikator dengan jarak pHnya. (Martin,A,. 1990)
Larutan
buffer yang juga dikenal sebagai buffer, pada umumnya terdiri atas campuran
asam lemah dan garamnya, misalnya, CH3COOH-CH3COONa atau basa lemah dan
garamnya misalnya NH3-NH4Cl. Cara kerja larutan buffer berkaitan dengan
pengaruh ion senama. Fakta bahwa penambahan ion senama dalam larutan asam lemah
atau basa lemah menghasilkan pergeseran kesetimbangan kearah molekul asam atau
basa yang tidak terurai. Oleh karena itu, larutan buffer dapat didefinisikan
sebagai campuran asam lemah dengan basa konjugasinya atau basa lemah dan asam
konjugasinya. (Achmad, 2001)
Metode
kolorimetri untuk penentuan pH sebenarnya memberi hasil yang kurang teliti dan
kurang memuaskan namun metode ini jauh lebih murah dibandingkan metode
elektrometri. Metode kolorimetri ini dapat pula digunakan untuk menentukan pH larutan encer baik yang
tidak berwarna maupun yang keruh, dan khususnya berguna dalam mempelajari
reaksi-reaksi asam-basa dalam larutan bukan air. Secara umum penerapan pH
dengan cara kolorimetri mengikuti langkah-langkah tersebut sebagai berikut:
(Martin,A., 1990)
1)
Perkirakan
nilai pH larutan dengan cara menambahkan tetes indikator universal. Dapat pula
digunakan pH yang berjarak lebar yang dibuat dengan meneteskan indikator
universal kepita-pita kertas.
2)
Pilih
satu seri larutan dapar Clark-Lubs, yang mempunyai perbedaan sebesa 0,2 satuan pH
dan berada dalam trayek pH larutan uji. Teteskan beberapa tetes larutan indikator
yang mempunyai pKIn kira-kira sama dengan pH larutan yang diuji, sehingga
mengubah warna dalam trayek pH yang diperkirakan, kedalam masing-masing
cuplikan dapar, dan kedalam uji yang berada dalam tabung reaksi yang sesuai.
3)
Warna
larutan dapar yang telah diketahui pHnya dicocokkan dengan warna larutan uji. pH
larutan yang diuji dapat ditentukan dengan ketelitian sampai 0,1 satuan pH.
pH
dari larutan buffer dapat dihitung dari persamaan Henderson-Hasselbach atau
persamaan Henderson. Untuk buffer asam lemah HA dan garamnya NA.
pH = 

untuk
buffer basa lemah dan garamnya,
pOH = 

Dapat
disimpulkan bahwa sifat larutan buffer: (Achmad, 2001)
1.
Mempunyai
pH tertentu
2.
pHnya
relative tidak berubah jika ditambah sedikit asam atau basa
3.
pHnya
tidak berubah jika diencerkan
Langkah-langkah berikut iniberguna
dalam menyiapkan sebuah dapar yaitu: (Martin,A., 1990)
a)
Pilihlah
satu asam lemah yang memiliki pKa yang hamper sama dengan pH dapar yang akan
dibuat. Tujuannya agar didapat dapar yang maksimun
b)
Dengan
menggunakan persamaan dapar dihitung perbandingan garam dan asam lemah yang
diperlakukan agar dicapai pH yang diinginkan. Persamaan dapar memberi hasil
yang memuaskan untuk perkiraan perhitungan yang berbeda pada trayek pH 4-10
c)
Perkirakan
konsentrasi garam dan asam yang diperlukan agar diperoleh kapasitas dapar yang
sesuai. Besarnya konsentrasi cukup berkisar antara 0,05-0,5 M dan kapasitas
dapar 0,01-0,1 umumnya sesuai
d)
Faktor-faktor
yang penting dalam pembuatan dapar farmasi meliputi: bahan-bahan kimia yang
tersedia, sterilisasi larutan akhir, kestabilan obat dan dapar untuk waktu yang
cukup lama, harga bahan dan harus tidak toksis
e)
Yang
terakhir, tentukan besar pH dan kapasitas dapar larutan yang telah diberi dapar
dengan menggunakan pH meter. Dalam beberapa kasus ketepatan bias juga diperoleh
dengan memakai kertas pH. Persamaan dapar akan berbeda dengan pH hasil
eksperimen. Hal semacam ini terjai bila koefisien keaktifat tidak turut
dihitung dan dengan demikian menekankan perlunya melakukan penentuan yang
benar.
pH
adalah suatu bilangan yang menyatakan keasaman atau kebasaan suatu zat yang
larut dalam air. Penetapan umumnya dilakukan secara potensiometri untuk
penetapan yang tidak memerlukan ketelitian tinggi dapat dilakukan secara
kolorimetri dengan menggunakan indikator (Syukri, 1999).
Larutan penyangga atau
larutan buffer atau larutan dapar merupakan suatu larutan yang dapat menahan
perubahan pH yang besar ketika ion – ion hidrogen atau hidroksida ditambahkan,
atau ketika larutan itu diencerkan. Buffer dapat dibagi menjadi 3 jenis sesuai
kapasitasnya, yaitu buffer yang kapasitasnya 0, buffer yang kapasitasnya tak
hingga, serta buffer yang kapasitasnya dibatasi sebanyak n. Buffer dengan
kapasitas terbatas inilah yang disebut sebagai bounded-buffer (Underwood, 2002 ).
Penahanan
perubahan pH oleh dapar disebut kapasitas β atau efisiensi
dapar, indeks dapar dan nilai dapar. Van Slyke
memperkenalkan konsep kapasitas dapar dan mendefinisikannya sebagai
perbandingan pertambahan basa kuat (atau asam) dengan sedikit perubahan pH yang
terjadi karena penambahan basa itu (Martin, 1990).
Kapasitas
buffer mengukur besarnya perubahan pH larutan bila asam atau basa
ditambahkan. Semakin kecil perubahan pH maka semakin besar kapasitas buffer.
Kapasitas buffer diukur sebagai moles H+ atau OH- yang
diperlukan guna merubah 1 L buffer 1 mol/L, sebesar 1 unit pH. Kapasitas buffer
pada pH konstan sebanding dengan konsentrasi buffer (Montgomery,1993).
Derajat ionisasi adalah
perbandingan hasil konsentrasi zat terurai atau zat-zat setelah reaksi terhadap
konsentrasi zat mula-mula atau zat-zat sebelum reaksi. (Martin,A:1990)
Tetapan ionisasi adalah
tetapan kesetimbangan dimana hasil konsentrasi zat terurai dibagi dengan
konsentrasi zat mula-mula. (Martin,A:1990)
Pada umumnya, tetapan
keasaman untuk asam lemah yang tidak bermuatan, HB dapat dinyatakan sebagai
berikut: (Martin,A:1990)
HB + H2O ↔ OH-
+ BH+

Ada beberapa buffer dalam darah yang mempertahankan pH darah pada
pH 7,4 buffer yang terdapat dalam darah yaitu:





B+HCO3 B22+HPO4-2 B+HbO2- B+Hb B+ protein
B+ adalah Na atau K,
HHbO2 adalah oksihemoglobin, HHb adalah hemoglobil dan H protein
adalah protein bebas. (Achmad, 2001)
Darah selalu berada pada
pH = 7,4. Hal ini disebabkan karena adanya dapar primer dalam plasma dan dapar
sekunder dalam eritrosit. Plasma terdiri atas asam karbonat/bikarbonat dan
garam natrium asam/basa dari asam fosfat yang berlaku sebagai dapar. Protein plasma
yang berlaku sebagai asam dalam darah dapat bergabung dalam basa dan bertindak
sebagai dapar. Dalam eritrosit, dua sistem dapar tersebut mengandung
hemoglobin/oksihemoglobin dan garam kalium asam/basa dari asam fosfat.
(Martin,A.,1990)
Larutan buffer sering
digunakan dalam bidang kimia analisis seperti pada pembuatan fase gerak pada
KCKT dan ekstraksi obat dari larutan berair. Jenis buffer yang paling sederhana
tersusun atas asam/basa lemah yang dikombinasikan dengan asam/basa kuat. Sistem
buffer yang umum adalah sistem natrium asetat atau asam asetat. Cara langsung
yang digunakan untuk membuat buffer adalah dengan menambahkan natrium
hidroksida pada asam asetat sampai pH yang dikehendaki tercapai. Kisaran pH
yang paling efektif untuk membuat buffer adalah satu unit pH disekitar nilai
pKa asam atau basa lemah yang digunakan untuk membuat buffer. Sebagai contoh,
nilai pKa asam asetat adalah 4,76 karenanya kisaran pH buffer yang paling
efektif adalah 3,76 hingga 5,76 (Golib, 2007).
Pelarut dapat diklasifikasikan
sebagai protofilik, protogenik, amfiprotik dan aprotik. Protofilik atau pelarut
basa adalah suatu pelarut yang dapat menerima proton dari zat terlarut. Pelarut
seperti aseton, eter dan cairan amoniak masuk dalam kelompok ini. Pelarut
protogenik adalah senyawa pemberi proton yang ditunjukkan oleh asam seperti
asam format, asam asetat, asam sulfat, cairan HCl, dan cairan HF. Pelarut
amfiprotik bekerja sebagai penerima proton dan pemberi proton dan termasuk
dalam kelompok ini adalah alkohol. Pelarut aprotik, seperti hidrokarbon, tidak
menerima juga tidak member proton dan dalam keadaan ini menjadi netral,
sehingga berguna untuk mempelajari reaksi asam dan basa yang bebas dari
pengaruh pelarut. (Martin,A., 1990)
Larutan
penyangga digunakan secara luas dalam kimia analitis, biokimia, bakteriologi,
fotografi, industri kulit dan zat warna. Dalam tiap bidang tersebut, terutama
dalam biokimia dan bakteriologi, diperlukan trayek/rentang pH tertentu yang
sempit untuk mencapai hasil optimum. Cairan tubuh, baik cairan intrasel maupun
luar sel merupakan larutan penyangga. Sistem utama penyangga dalam cairan
intrasel adalah pasangan dihidrogenfosfat-monohidrogenfosfat (H2PO4- dan
HPO42-). Adapun sistem penyangga utama dalam cairan luar
sel adalah pasangan asam karbonat-bikarbonat (H2CO3 –
HCO3-). Sistem penyangga tersebut menjaga pH darah hampir
konstan, yaitu sekitar 7,4. (Purba, 2006).
Buffer
merupakan suatu sistem dalam larutan yang terdiri dari asam dan basa konjugasi
yang pH-nya dipertahankan tidak berubah walaupun dengan penambahan ion-ion OH- atau
H+. Biasanya larutan buffer terdiri atas campuran asam Bronsted
lemah dan basa konjugasinya, misalnya campuran asam asetat dengan natrium
asetat atau campuran ammonium hidroksida dengan ammonium klorida (Girindra,1993).
Larutan dapar seringkali
dipakai dibidang farmasi, khususnya dalam pembuatan larutan obat mata (opHthalmic
solution). Dapar dapat juga dipakai dalam penetapan pH dengan cara kolorimetri
dan untuk studi penelitian yang memerlukan pH yang konstan. (Martin,A., 1990)
Obat-obat sebagai dapar.
Penting juga bagi kita untuk mengetahui bahwa larutan obat yang merupakan
larutan elektrolit lemah juga dapat memperlihatkan kerja seperti dapar. Larutan
asam salisilat dalam botol kaca lunak dipengaruhi oleh kebasaan gelas itu.
Semula diduga bahwa reaksi tersebut akan menyebabkan nilai pH naik, tetapi
ternyata ion natrium dari kaca lunak bersenyawa dengan ion salisilat membentuk
natrium salisilat. Akibatnya larutan asam salisilat dan natrium salisilat
membentuk larutan dapar yang mencegah terjadinya perubahan pH. Dalam hal yang
sama, larutan efedrin basa menunjukkan pula sifat dapar yaitu dengan mencegah
turunnya nilai pH. Jika HCl ditambahnya ke larutan tersebut akan terbentuklah
efedrin HCl dan sistem dapar efedrin dan efedrin HCl tersebut mencegah
perubahan pH sampai efedrin habis bereaksi dengan asam. Oleh sebab itu obat-obat
dalam bentuk larutan seringkali bertindak sebagai dapar untuk obat itu sendiri
dalam jarak pH yang tertentu. Aksi dapar semacam itu sebenarnya terlalu
lemah untuk mencegah terjadinya
perubahan pH karena adanya CO2 dari udara dan kebasaan botolnya. Karena itulah
dapar tambahan sering ditambahkan kelarutan obat untuk menjaga agar sistem tetap berada dalam trayek pH yang
diinginkan. Pengukuran kuantitatif untuk efisiensi atau kapasitas dapar
mencegah berubahnya pH. (Martin,A., 1990)
II. Uraian Bahan
1. Air suling (
Ditjen POM, 1979 : 96 )
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Air suling
RM / BM : H2O / 18,02
Bobot Jenis : 0,997
Pemerian : Cairan
jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa.
Penyimpanan : Dalam wadah
tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai
larutan dengan pH netral
2.
Asam
Asetat ( Ditjen POM, 1979: 41 )
Nama Resmi : Acidum Aceticum
Nama Lain : Asam Asetat, Asam Cuka
RM/BM :
CH3COOH
Pemerian : Cairan
jernih; tidak berwarna; bau menusuk; rasa asam, tajam
Kelarutan : Dapat campur dengan air, dengan etanol (95%)
P dan dengan gliserol P
Penyimpanan :
Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai dapar asetat
3.
Asam
Klorida ( Ditjen POM, 1979: 53 )
Nama Resmi : ACIDUM CHLORIDUM
Nama Lain :
Asam Klorida
RM/BM : HCl/36,46
Pemerian : Cairan tidak
berwarna, berasap dan berbau
merangsang
Kelarutan : Mudah larut
dalam air
Penyimpanan : Dalam wadah
tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai larutan asam
4.
Natrium
Hidroksida ( Ditjen POM, 1979 : 412 )
Nama
Resmi : NATRII HYDROXYDUM
Nama Lain : Natrium Hidroksida
RM / BM : NaOH / 40,00
Pemerian
: Bentuk batang, butiran, massa hablur, keping, keras,
keras, kering, rapuh putih, mudah meleleh basa.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol (95%) P
Penyimpanan :
Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai larutan basa
III. Prosedur Kerja (Anonim, 2013)
A. Menentukan
pH beberapa zat cair
1.
Hitunglah
pH larutan di bawah ini.
Ø
Larutan
HCl 1,0 M; 0,1 M; 0,01 M; dan 0,001 M.
Ø
Larutan
NaOH 1,0 M; 0,1M; 0,01 M dan 0,001 M.
2.
Kemudian
ukur pH larutan di atas menggunakan pH meter dan kertas pH universal, kemudian
bandingkan dengan hasil hitungannya.
B. Menentukan
pH beberapa zat cair
1.
Hitung
dan tentukan pH larutan dapar dari 50 ml Natrium hidroksida 0,1 M dan 50 ml
asam astat 0,2 M.
2.
Kemudian
buatlah larutan dapar tersebut.
3.
Ukurlah
pH larutan dapar tersebut.
4.
Hitung
kapasitas dapar larutan tersebut.
5.
Buktikan
kemampuan dapar yang dibuat dengan menambahkan HCl 0,1 M dan NaOH 0,1 M ke
dalam larutan dapar, kemudian ukur kembali pHnya.
BAB III
CARA KERJA
I. Alat dan
Bahan
A. Alat
yang digunakan
Alat yang
digunakan pada percobaan ini yaitu aluminium foil, gelas kimia, gelas ukur, pH
meter dan pipet tetes.
B. Bahan
yang digunakan
Bahan yang
digunakan pada percobaan ini yaitu aquadest, HCl 0,1 M; 0,01 M; 0,001 M; 0,1 M,
NaOH 0,1 M; 0,01 M; 0,001 M; 0,1 M, CH3COOH, dan tissue.
II.
Langkah Percobaan
A. Menentukan
pH beberapa zat cair
1.
Dihitung pH larutan di bawah ini.
Ø
Larutan HCl 1,0 M; 0,1 M; 0,01 M; dan 0,001 M.
Ø
Larutan
NaOH 1,0 M; 0,1M; 0,01 M dan 0,001 M.
2.
Kemudian,
diukur pH larutan di atas menggunakan pH meter dan kertas pH universal,
kemudian bandingkan dengan hasil hitungannya.
B. Menentukan
pH beberapa zat cair
1.
Hitung
dan tentukan pH larutan dapar dari 50 ml Natrium hidroksida 0,1 M dan 50 ml
asam astat 0,2 M.
2.
Kemudian
buatlah larutan dapar tersebut.
3.
Ukurlah
pH larutan dapar tersebut.
4.
Hitung
kapasitas dapar larutan tersebut.
5.
Buktikan
kemampuan dapar yang dibuat dengan menambahkan HCl 0,1 M dan NaOH 0,1 M ke
dalam larutan dapar, kemudian ukur kembali pHnya.
BAB IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
I.
Hasil Percobaan dan Perhitungan
A. Menentukan pH
Beberapa Zat Cair
Nama zat cair
|
pH hasil perhitungan
|
pH cairan
|
|
pH meter
|
Kertas pH
|
||
HCl 0,001 M
|
3
|
3,11
|
7
|
HCl 0,01 M
|
2
|
2,08
|
4
|
HCl 0,1 M
|
1
|
1,07
|
1
|
HCl 1 M
|
0
|
0,20
|
0
|
NaOH 0,001 M
|
11
|
10,13
|
9
|
NaOH 0,01 M
|
12
|
11,63
|
11
|
NaOH 0,1 M
|
13
|
12,59
|
13
|
NaOH 1 M
|
14
|
13,01
|
14
|
B. pH Dapar
Jenis Dapar
|
Dapar asetat
|
|
pH Dapar hasil hitungan
|
4,46
|
|
pH dapar hasil pengukuran
|
pH meter
|
Kertas
indikator
|
4,05
|
4
|
|
Kapasitas dapar
|
0,0759
|
|
pH Dapar setelah penambahan basa
|
pH meter
|
Kertas
indikator
|
4,10
|
4
|
|
pH Dapar setelah penambahan asam
|
4,01
|
4
|
Perhitungan
:
a. Penetapan pH dari dapar asetat



![]() |
M 10 mmol 5 mmol - -

S 5 mmol - 5 mmol -
[CH3COONa]
= 

[CH3COOH]
= 

pH = pKa +
log 

= 4,76 + log 

= 4,76 + log 0,5
= 4,76-0,30
= 4,46
b. Penetapan Kapasitas dapar dari dapar Asetat
Ka =
antilog – pKa
= antilog – 4,76
= 1,737 x 10-5
[H3O+]
= antilog – pH
=
antilog – 4,46
=
3,467.10-5
C =
[garam] + [asam]
= 0,05 + 0,1
= 0,15

= 2,3 x 0,15 

= 0,345 x 

= 0,345 x 

= 0,345 x 0,22 = 0,0759 sesuai ranges 0,01 – 0,1
II.
Pembahasan
Adapun tujuan praktikum ini adalah untuk menentukan pH
beberapa zat cair seperti HCl dan NaOH, untuk membuat larutan dapar pada
berbagai pHdan menghitung kapasitas dapar yang telah dibuat.
Dapar
adalah senyawa-senyawa atau campuran senyawa yang dapat meniadakan perubahan pH
terhadap penambaham sedikit asam atau basa. Kapasitas dapar yang disebut indeks
buffer atau intensitas buffer yaitu suatu ukuran kemampuan buffer untuk
mempertahankan pHnya yang konstan jika ditambahkan asam kuat atau basa kuat.
Larutan
buffer dapat mempertahankan pHnya ketika ditambahkan sedikit asam atau basa.
Ketika larutan buffer ditambahkan sedikit asam, asam tersebut akan dinetralkan
oleh basa konjugasinya sehingga kesetimbangan akan bergeser kearah reaktan
sehingga jumlah molekul asamnya akan meningkat. Begitu pula sebaliknya, jika
larutan buffer ditambahkan basa, maka basa tersebut akan dinetralkan oleh asam
lemahnya sehingga kesetimbangan akan bergeser ke arah produk dan meningkatkan
jumlah basa konjugasinya.
Dalam
penentuan pH ada dua cara yang dapat digunakan yaitu dengan metode kolorimetri
dan metode potensiometri. Metode kolorimetri yaitu metode dengan menggunakan
kertas indikator dan metode potensiometri yaitu metode dengan menggunakan pH
meter.
Dalam percobaan penentukan pH, zat cair yang
digunakan yaitu HCl 0,1 M; 0,01 M; 0,001 M, 1 M dan NaOH 0,1 M; 0,01 M; 0,001 M
;1 M. Terlebih dahulu dilakukan penentuan pH larutan tersebut dengan
menggunakan perhitungan, setelah itu dilakukan pengukuran pH dengan menggunakan
pH meter dan kertas indikator, lalu hasilnya dibandingkan dan pada percobaan penentukan
pH larutan dapar, dapar yang digunakan yaitu larutan dapar asetat. Terlebih
dahulu dilakukan penentuan pH dan kapasitas dapar dengan menggunakan
perhitungan serta dilakukan pengukuran pH larutan dapar yang telah dibuat
dengan menggunakan pH meter dan kertas indikator, setelah itu untuk membuktikan
kemampuan dapar yang telah dibuat larutan dapar ditambahkan dengan 10 tetes
larutan HCl 0,1 M dan NaOH 0,1 M kemudian diukur kembali pH-nya dengan
menggunakan pH meter dan kertas indikator lalu hasil pengukurannya dibandingkan.
Setelah
percobaan dilakukan dapat dipereoleh hasil yaitu pada HCl 0,001 M pada
perhitungan diperoleh hasil 3 dan pada pengukuran dengan menggunakan pH meter
yaitu 3,11 dan pada saat menggunakan kertas pH menghasilkan pH 7. pada HCl 0,01
M pada perhitungan diperoleh hasil 2 dan pada pengukuran dengan menggunakan pH
meter yaitu 2,08 dan pada saat menggunakan kertas pH menghasilkan pH 4. Pada HCl 0,1 M pada perhitungan diperoleh
hasil 1 dan pada pengukuran dengan menggunakan pH meter yaitu 1,07 dan pada
saat menggunakan kertas pH menghasilkan pH 1. Pada HCl 1 M pada perhitungan
diperoleh hasil 0 dan pada pengukuran dengan menggunakan pH meter yaitu 0,20
dan pada saat menggunakan kertas pH menghasilkan pH 0
Pada
penentuan pH NaOH 0,001 M pada
perhitungan diperoleh hasil 11 dan pada pengukuran dengan menggunakan pH meter
yaitu 10,13 dan pada saat menggunakan kertas indikator yaitu 9. Pada NaOH 0,01 M pada perhitungan diperoleh hasil 12 dan pada
pengukuran dengan menggunakan pH meter yaitu 11,63 dan pada saat menggunakan
kertas indikator yaitu 11. Pada NaOH 0,1 M
pada perhitungan diperoleh hasil 12 dan pada pengukuran dengan
menggunakan pH meter yaitu 12,59 dan
pada saat menggunakan kertas indikator yaitu 13. Pada NaOH 1 M pada perhitungan diperoleh hasil 14 dan pada
pengukuran dengan menggunakan pH meter yaitu 13,01 dan pada saat menggunakan
kertas indikator yaitu 14.
Pada
penentuan pH dengan menggunakan pH meter dan kertas indikator, hasil yang diperoleh
ada beberapa yang menyimpang. Yaitu pada pengukuran HCl 0,001 dan HCl 0,01.
Hasil yang diperoleh sangat berbeda yaitu pada HCl 0,001 dengan menggunakan pH
meter yaitu 3,11 dan penggunaan kertas pH diperoleh 7. Pada HCl 0,01 pengukuran
dengan menggunakan pH meter menghasilkan 2,08 dan menggunakan kertas pH yaitu
4. Hasil pengukuran ini sangat menyimpang dari apa yang seharusnya diperoleh.
Faktor yang
menyebabkan adanya kesalahan dalam pemerolehan hasil yaitu alat yang digunakan
mungkin tidak bersih sehingga larutan yang diukur terkontaminasi dengan larutan
yang lain.
Pada
percobaan menentukan pH pada larutan dapar asetat diperoleh hasil bahwa pH dapar
hasil perhitungan yaitu 4,46 sedangkan hasil pengukuran dengan menggunakan pH
meter yaitu 4,05 dan pengukuran berdasarkan kertas indikator yaitu 4. Pada
perhitungan kapasitas dapar diperoleh 0,0759 sesuai dengan ranges dan setelah penambahan asam yaitu 4,01 sedangkan
setelah penambahan basa yaitu 4,10.
Pada
perhitungan dan pengukuran kapasitas dapar hasil yang diperoleh sudah sesuai
dengan ranges. Dan pada saat penambahan asam dan basa pH dapar yang diperoleh
tidak mengalami perubahan pH yang drastis. Hal ini berarti dapar yang telah
dibuat sudah memenuhi kapasitas.
Larutan dapar seringkali
dipakai dibidang farmasi, khususnya dalam pembuatan larutan obat mata
(opHthalmic solution). Dapar dapat juga dipakai dalam penetapan pH dengan cara
kolorimetri dan untuk studi penelitian yang memerlukan pH yang konstan.
BAB V
KESIMPULAN
DAN SARAN
I.
Kesimpulan
Dari percobaan ini dapat disimpulkan
bahwa:
1. Untuk HCl 0,001 M
Ø hasil perhitungan pHnya yaitu 3
Ø hasil pengukuran pH meter yaitu 3,11
Ø hasil pengukuran kertas pH yaitu 7
2. Untuk HCl 0,01 M
Ø hasil perhitungan pHnya yaitu 2
Ø hasil pengukuran pH meter yaitu 2,10
Ø hasil pengukuran kertas pH yaitu 4
3. Untuk HCl 0,1 M
Ø hasil perhitungan pHnya yaitu 1
Ø hasil pengukuran pH meter yaitu 1,07
Ø hasil pengukuran kertas pH yaitu 1
4. Untuk HCl 1 M
Ø hasil perhitungan pHnya yaitu 0
Ø hasil pengukuran pH meter yaitu 0,20
Ø hasil pengukuran kertas pH yaitu 0
5. Untuk NaOH 0,001 M
Ø hasil perhitungan pHnya yaitu 11
Ø hasil pengukuran pH meter yaitu 10,13
Ø hasil pengukuran kertas pH yaitu 9
6. Untuk NaOH 0,01 M
Ø hasil perhitungan pHnya yaitu 12
Ø hasil pengukuran pH meter yaitu 11,63
Ø hasil pengukuran kertas pH yaitu 11
7. Untuk NaOH 0,1 M
Ø hasil perhitungan pHnya yaitu 13
Ø hasil pengukuran pH meter yaitu 12,59
Ø hasil pengukuran kertas pH yaitu 13
8. Untuk NaOH 1 M
Ø hasil perhitungan pHnya yaitu 14
Ø hasil pengukuran pH meter yaitu 13,01
Ø hasil pengukuran kertas pH yaitu 14
9. pH dapar
Ø hasil perhitungan yaitu 4,46
Ø hasil pengukuran pH meter yaitu 4,05
Ø hasil pengukuran kertas pH yaitu 4
10. kapasitas dapar
Ø hasil perhitungan yaitu 0,0759
Ø pH dapar setelah penambahan asam yaitu 4,10
Ø setelah penambahan basa yaitu 4
II. Saran
Sebaiknya
dalam praktikum, semua praktikan harus lebih aktif dalam bekerja dan saling
bekerja sama.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Hiskia.2001. Kimia Larutan:Jakarta
Daintith, J., 2008, Kamus
Lengkap Kimia, Erlangga, Jakarta
Day, R.A. and A.L. Underwood, 1989, Analisis Kimia Kuantitatif Edisi 5,
Aloysius H.P., penerjemah. Jakarta, Erlangga, Terjemahan dari : Quantitatif
Analysis.
Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI. Jakarta
Ditjen POM.1979. Farmakope Indonesiaedisi III. Jakarta; Depkes
RI.
Gholib,I.G.
2007. Kimia Analisis Farmasi. Pustaka Belajar: Yogyakarta.
Girindra, A.1993.Biokimia 1.Gramedia.Jakarta
Martin,
Alfred, dkk. 1990 . Farmasi Fisika: Dasar-dasar farmasi fisika
dalam ilmu farmasetika, diterjemahkan oleh Yoshita , edisi III , jilid I.
Jakarta; penerbit UI.
Mirawati. 2013.Penuntun Praktikum Farmasi Fisika.Makassar;Jurusan Farmasi UMI.
Montgomery, et al.1993.Biokimia.UGM.Jogjakarta
Purba, Michael.
2006. Kimia. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pranama
Syukri, 1999. kimia dasar jilid II. penerbit: ITB,
Bandung
SKEMA
KERJA
Menentukan
pH beberapa zat cair (HCl dan NaOH)


Dibandingkan hasilnya
Membuat
larutan dapar





Diukur kembali pHnyaBAB
I
PENDAHULUAN
I.
LATAR BELAKANG
Seorang farmasis professional harus mampu memberikan rute
obat yang sesuai pada kliennya. Pilihan rute pemberian obat yang sesuai
bergantung pada kandungan obat dan efek yang digunakan serta kondisi fisik dan
mental klien.Larutan dapar seringkali dipakai dibidang farmasi, khususnya dalam
pembuatan larutan obat mata (ophthalmic solution). Dapar dapat juga dipakai
dalam penetapan pH dengan cara kolorimetri dan untuk studi penelitian yang
memerlukan pH yang konstan.
Obat-obat sebagai dapar. Penting juga bagi
kita untuk mengetahui bahwa larutan obat yang merupakan larutan elektrolit
lemah juga dapat memperlihatkan kerja seperti dapar. Larutan asam salisilat
dalam botol kaca lunak dipengaruhi oleh kebasaan gelas itu. Semula diduga bahwa
reaksi tersebut akan menyebabkan nilai pH naik, tetapi ternyata ion natrium
dari kaca lunak bersenyawa dengan ion salisilat membentuk natrium salisilat.
Akibatnya larutan asam salisilat dan natrium salisilat membentuk larutan dapar
yang mencegah terjadinya perubahan pH. Dalam hal yang sama, larutan efedrin
basa menunjukkan pula sifat dapar yaitu dengan mencegah turunnya nilai pH. Jika
HCl ditambahnya ke larutan tersebut akan terbentuklah efedrin HCl dan sistem
dapar efedrin dan efedrin HCl tersebut mencegah perubahan pH sampai efedrin
habis bereaksi dengan asam. Oleh sebab itu obat-obat dalam bentuk larutan
serringkali bertindak sebagai dapar untuk obat itu sendiri dalam jarak pH yang
tertentu. Aksi dapar semacam itu sebenarnya terlalu lemah untuk mencegah terjadinya perubahan pH karena
adanya CO2 dari udara dan kebasaan botolnya. Karena itulah dapar
tambahan sering ditambahkan kelarutan obat untuk menjaga agar sistem tetap berada dalam trayek pH yang
diinginkan. Pengukuran kuantitatif untuk efisiensi atau kapasitas dapar mencegah
berubahnya pH.
Larutan
penyangga sangat penting dalam kehidupan, misalnya dalam analisis kimia,
biokimia, bakteriologi, zat warna, fotografi, dan industri kulit. Dalam bidang
biokimia, kultur jaringan dan bakteri mengalami proses yang sangat sensitif
terhadap perubahan pH. Darah dalam tubuh manusia mempunyai kisaran pH 7,35
sampai 7,45, dan apabila pH darah manusia di atas 7,8 akan menyebabkan organ
tubuh manusia dapat rusak, sehingga harus dijaga kisaran pHnya dengan larutan
penyangga.
II.
TUJUAN
Adapun tujuan
praktikum ini adalah
Ø untuk
menentukan pH beberapa zat cair seperti HCl dan NaOH
Ø untuk
membuat larutan dapar pada berbagai pH
Ø menghitung
kapasitas dapar yang telah dibuat
III.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
I.
Dasar teori
Dapar
adalah senyawa-senyawa atau campuran senyawa yang dapat meniadakan perubahan pH
terhadap penambaham sedikit asam atau basa. (Martin,A., 1990)
Kapasitas
dapar yang disebut indeks buffer atau intensitas buffer yaitu suatu ukuran
kemampuan buffer untuk mempertahankan pHnya yang konstan jika ditambahkan asam
kuat atau basa kuat. (Achmad, 2001)
Rumus
untuk menghitung kapasitas dapar adalah sebagai berikut: (Martin,A., 1990)

Delta,
seperti biasa berarti perubahan yang terbatas dan
adalah sedikit penambahan
basa kuat ke dalam larutan dapar hingga menghasilkan perubahan pH=
dinyatakan dalam gram/liter. Dari persamaan diketahui bahwa
kapasitas dapar suatu larutan memiliki nilai 1 bila penambahan 1 garam ekuivalen
basa kuat (asam) kedalam 1 liter larutan dapar menghasilkan perubahan sebesar 1
satuan pH. Arti indeks ini akan lebih tepat lagi bila digunakan untuk
menghitung kapasitas larutan dapar.



Teori
asam basa (Achmad, 2001)
1.
Teori
Arrhenius (S.Arrhenius, 1884)
Pada tahun 1887 S.
Arrhenius mengajukan suatu teori yang mengatakan bahwa apabila suatu elektrolit
melarut, sebagian dari elektrolit ini terurai menjadi partikel positif dan
partikel negatif yang disebut ion. Teori ini berhasil menjelaskan beberapa hal
misalnya elektrolisis, dan hantaran elektrolit.
Menurut
teori ini,
Asam dalam larutan air menghasilkan ion
hydrogen, dan basa dalam larutan air menghasilkan ion hidroksida yang
menetralkan asam sesuai dengan reaksi,

2. Teori Bronsted-Lowry (Johannes
Nicholas Bronsted dan Thomas Martin Lowry, 1923)
Menurut Bronsted-Lowry asam adalah zat
yang dapat memberkan proton. Basa adalah zat yang dapat menerima proton.
Asam :
penderma proton (penerima proton)
Basa : penerima proton (akseptor proton)
3. Teori Lewis (Gillbert Newton Lewis,
1923)
Asam :Setiap
spesi yang mengandung atom dapat menerima
pasangan elektron
Basa :Setiap
spesi yang mengandung atom yang dapt menderma pasangan elektron
Indikator
pH adalah larutan indikator dapat dikatakan sebagai suatu asam lemah yang dapat
bertindak seperti dapar dan menghasilkan perubahan warna karena derajat
disosiasinya berubah sesuai dengan perubahan pH. (Martin,A,. 1990)
Disosiasi
indikator asam secara sederhana dapat ditulis sebagai berikut:
HIn
+ H2O ↔ H3O+ + In
Asam1 Basa2 Asam2 Basa1
Kesetimbangannya :

HIn adalah bentuk indikator yang tidak
terionisasi dan dapat member warna asam, sedangkan In- adalah bentuk
indikator terionisasi dan dapat menghasilkan warna basa. KIn disebut tetapan indikator.
Jika suatu asam ditambahkan kesuatu larutan indikator, konsentrasi ion hydrogen
yang terbentuk disebelah kanan akan naik, dan tonisasi terhalang karena adanya
efek ion sejenis. Akibatnya sebagian besar indekator akan berada dalam bentuk
HIn warna asam. Jika basa yang ditambahkan, [H3O+] kan
turun akibat reaksi asam dengan basa, persamaan reaksi bergerak kekanan
membentuk indikator terionisasi In- lebih banyak dan warna akan
mendominasi larutan tersebut. Jadi warna indikator merupakan fungsi pH larutan.
Beberapa indikator dengan jarak pHnya. (Martin,A,. 1990)
Larutan
buffer yang juga dikenal sebagai buffer, pada umumnya terdiri atas campuran
asam lemah dan garamnya, misalnya, CH3COOH-CH3COONa atau basa lemah dan
garamnya misalnya NH3-NH4Cl. Cara kerja larutan buffer berkaitan dengan
pengaruh ion senama. Fakta bahwa penambahan ion senama dalam larutan asam lemah
atau basa lemah menghasilkan pergeseran kesetimbangan kearah molekul asam atau
basa yang tidak terurai. Oleh karena itu, larutan buffer dapat didefinisikan
sebagai campuran asam lemah dengan basa konjugasinya atau basa lemah dan asam
konjugasinya. (Achmad, 2001)
Metode
kolorimetri untuk penentuan pH sebenarnya memberi hasil yang kurang teliti dan
kurang memuaskan namun metode ini jauh lebih murah dibandingkan metode
elektrometri. Metode kolorimetri ini dapat pula digunakan untuk menentukan pH larutan encer baik yang
tidak berwarna maupun yang keruh, dan khususnya berguna dalam mempelajari
reaksi-reaksi asam-basa dalam larutan bukan air. Secara umum penerapan pH
dengan cara kolorimetri mengikuti langkah-langkah tersebut sebagai berikut:
(Martin,A., 1990)
1)
Perkirakan
nilai pH larutan dengan cara menambahkan tetes indikator universal. Dapat pula
digunakan pH yang berjarak lebar yang dibuat dengan meneteskan indikator
universal kepita-pita kertas.
2)
Pilih
satu seri larutan dapar Clark-Lubs, yang mempunyai perbedaan sebesa 0,2 satuan pH
dan berada dalam trayek pH larutan uji. Teteskan beberapa tetes larutan indikator
yang mempunyai pKIn kira-kira sama dengan pH larutan yang diuji, sehingga
mengubah warna dalam trayek pH yang diperkirakan, kedalam masing-masing
cuplikan dapar, dan kedalam uji yang berada dalam tabung reaksi yang sesuai.
3)
Warna
larutan dapar yang telah diketahui pHnya dicocokkan dengan warna larutan uji. pH
larutan yang diuji dapat ditentukan dengan ketelitian sampai 0,1 satuan pH.
pH
dari larutan buffer dapat dihitung dari persamaan Henderson-Hasselbach atau
persamaan Henderson. Untuk buffer asam lemah HA dan garamnya NA.
pH = 

untuk
buffer basa lemah dan garamnya,
pOH = 

Dapat
disimpulkan bahwa sifat larutan buffer: (Achmad, 2001)
1.
Mempunyai
pH tertentu
2.
pHnya
relative tidak berubah jika ditambah sedikit asam atau basa
3.
pHnya
tidak berubah jika diencerkan
Langkah-langkah berikut iniberguna
dalam menyiapkan sebuah dapar yaitu: (Martin,A., 1990)
a)
Pilihlah
satu asam lemah yang memiliki pKa yang hamper sama dengan pH dapar yang akan
dibuat. Tujuannya agar didapat dapar yang maksimun
b)
Dengan
menggunakan persamaan dapar dihitung perbandingan garam dan asam lemah yang
diperlakukan agar dicapai pH yang diinginkan. Persamaan dapar memberi hasil
yang memuaskan untuk perkiraan perhitungan yang berbeda pada trayek pH 4-10
c)
Perkirakan
konsentrasi garam dan asam yang diperlukan agar diperoleh kapasitas dapar yang
sesuai. Besarnya konsentrasi cukup berkisar antara 0,05-0,5 M dan kapasitas
dapar 0,01-0,1 umumnya sesuai
d)
Faktor-faktor
yang penting dalam pembuatan dapar farmasi meliputi: bahan-bahan kimia yang
tersedia, sterilisasi larutan akhir, kestabilan obat dan dapar untuk waktu yang
cukup lama, harga bahan dan harus tidak toksis
e)
Yang
terakhir, tentukan besar pH dan kapasitas dapar larutan yang telah diberi dapar
dengan menggunakan pH meter. Dalam beberapa kasus ketepatan bias juga diperoleh
dengan memakai kertas pH. Persamaan dapar akan berbeda dengan pH hasil
eksperimen. Hal semacam ini terjai bila koefisien keaktifat tidak turut
dihitung dan dengan demikian menekankan perlunya melakukan penentuan yang
benar.
pH
adalah suatu bilangan yang menyatakan keasaman atau kebasaan suatu zat yang
larut dalam air. Penetapan umumnya dilakukan secara potensiometri untuk
penetapan yang tidak memerlukan ketelitian tinggi dapat dilakukan secara
kolorimetri dengan menggunakan indikator (Syukri, 1999).
Larutan penyangga atau
larutan buffer atau larutan dapar merupakan suatu larutan yang dapat menahan
perubahan pH yang besar ketika ion – ion hidrogen atau hidroksida ditambahkan,
atau ketika larutan itu diencerkan. Buffer dapat dibagi menjadi 3 jenis sesuai
kapasitasnya, yaitu buffer yang kapasitasnya 0, buffer yang kapasitasnya tak
hingga, serta buffer yang kapasitasnya dibatasi sebanyak n. Buffer dengan
kapasitas terbatas inilah yang disebut sebagai bounded-buffer (Underwood, 2002 ).
Penahanan
perubahan pH oleh dapar disebut kapasitas β atau efisiensi
dapar, indeks dapar dan nilai dapar. Van Slyke
memperkenalkan konsep kapasitas dapar dan mendefinisikannya sebagai
perbandingan pertambahan basa kuat (atau asam) dengan sedikit perubahan pH yang
terjadi karena penambahan basa itu (Martin, 1990).
Kapasitas
buffer mengukur besarnya perubahan pH larutan bila asam atau basa
ditambahkan. Semakin kecil perubahan pH maka semakin besar kapasitas buffer.
Kapasitas buffer diukur sebagai moles H+ atau OH- yang
diperlukan guna merubah 1 L buffer 1 mol/L, sebesar 1 unit pH. Kapasitas buffer
pada pH konstan sebanding dengan konsentrasi buffer (Montgomery,1993).
Derajat ionisasi adalah
perbandingan hasil konsentrasi zat terurai atau zat-zat setelah reaksi terhadap
konsentrasi zat mula-mula atau zat-zat sebelum reaksi. (Martin,A:1990)
Tetapan ionisasi adalah
tetapan kesetimbangan dimana hasil konsentrasi zat terurai dibagi dengan
konsentrasi zat mula-mula. (Martin,A:1990)
Pada umumnya, tetapan
keasaman untuk asam lemah yang tidak bermuatan, HB dapat dinyatakan sebagai
berikut: (Martin,A:1990)
HB + H2O ↔ OH-
+ BH+

Ada beberapa buffer dalam darah yang mempertahankan pH darah pada
pH 7,4 buffer yang terdapat dalam darah yaitu:





B+HCO3 B22+HPO4-2 B+HbO2- B+Hb B+ protein
B+ adalah Na atau K,
HHbO2 adalah oksihemoglobin, HHb adalah hemoglobil dan H protein
adalah protein bebas. (Achmad, 2001)
Darah selalu berada pada
pH = 7,4. Hal ini disebabkan karena adanya dapar primer dalam plasma dan dapar
sekunder dalam eritrosit. Plasma terdiri atas asam karbonat/bikarbonat dan
garam natrium asam/basa dari asam fosfat yang berlaku sebagai dapar. Protein plasma
yang berlaku sebagai asam dalam darah dapat bergabung dalam basa dan bertindak
sebagai dapar. Dalam eritrosit, dua sistem dapar tersebut mengandung
hemoglobin/oksihemoglobin dan garam kalium asam/basa dari asam fosfat.
(Martin,A.,1990)
Larutan buffer sering
digunakan dalam bidang kimia analisis seperti pada pembuatan fase gerak pada
KCKT dan ekstraksi obat dari larutan berair. Jenis buffer yang paling sederhana
tersusun atas asam/basa lemah yang dikombinasikan dengan asam/basa kuat. Sistem
buffer yang umum adalah sistem natrium asetat atau asam asetat. Cara langsung
yang digunakan untuk membuat buffer adalah dengan menambahkan natrium
hidroksida pada asam asetat sampai pH yang dikehendaki tercapai. Kisaran pH
yang paling efektif untuk membuat buffer adalah satu unit pH disekitar nilai
pKa asam atau basa lemah yang digunakan untuk membuat buffer. Sebagai contoh,
nilai pKa asam asetat adalah 4,76 karenanya kisaran pH buffer yang paling
efektif adalah 3,76 hingga 5,76 (Golib, 2007).
Pelarut dapat diklasifikasikan
sebagai protofilik, protogenik, amfiprotik dan aprotik. Protofilik atau pelarut
basa adalah suatu pelarut yang dapat menerima proton dari zat terlarut. Pelarut
seperti aseton, eter dan cairan amoniak masuk dalam kelompok ini. Pelarut
protogenik adalah senyawa pemberi proton yang ditunjukkan oleh asam seperti
asam format, asam asetat, asam sulfat, cairan HCl, dan cairan HF. Pelarut
amfiprotik bekerja sebagai penerima proton dan pemberi proton dan termasuk
dalam kelompok ini adalah alkohol. Pelarut aprotik, seperti hidrokarbon, tidak
menerima juga tidak member proton dan dalam keadaan ini menjadi netral,
sehingga berguna untuk mempelajari reaksi asam dan basa yang bebas dari
pengaruh pelarut. (Martin,A., 1990)
Larutan
penyangga digunakan secara luas dalam kimia analitis, biokimia, bakteriologi,
fotografi, industri kulit dan zat warna. Dalam tiap bidang tersebut, terutama
dalam biokimia dan bakteriologi, diperlukan trayek/rentang pH tertentu yang
sempit untuk mencapai hasil optimum. Cairan tubuh, baik cairan intrasel maupun
luar sel merupakan larutan penyangga. Sistem utama penyangga dalam cairan
intrasel adalah pasangan dihidrogenfosfat-monohidrogenfosfat (H2PO4- dan
HPO42-). Adapun sistem penyangga utama dalam cairan luar
sel adalah pasangan asam karbonat-bikarbonat (H2CO3 –
HCO3-). Sistem penyangga tersebut menjaga pH darah hampir
konstan, yaitu sekitar 7,4. (Purba, 2006).
Buffer
merupakan suatu sistem dalam larutan yang terdiri dari asam dan basa konjugasi
yang pH-nya dipertahankan tidak berubah walaupun dengan penambahan ion-ion OH- atau
H+. Biasanya larutan buffer terdiri atas campuran asam Bronsted
lemah dan basa konjugasinya, misalnya campuran asam asetat dengan natrium
asetat atau campuran ammonium hidroksida dengan ammonium klorida (Girindra,1993).
Larutan dapar seringkali
dipakai dibidang farmasi, khususnya dalam pembuatan larutan obat mata (opHthalmic
solution). Dapar dapat juga dipakai dalam penetapan pH dengan cara kolorimetri
dan untuk studi penelitian yang memerlukan pH yang konstan. (Martin,A., 1990)
Obat-obat sebagai dapar.
Penting juga bagi kita untuk mengetahui bahwa larutan obat yang merupakan
larutan elektrolit lemah juga dapat memperlihatkan kerja seperti dapar. Larutan
asam salisilat dalam botol kaca lunak dipengaruhi oleh kebasaan gelas itu.
Semula diduga bahwa reaksi tersebut akan menyebabkan nilai pH naik, tetapi
ternyata ion natrium dari kaca lunak bersenyawa dengan ion salisilat membentuk
natrium salisilat. Akibatnya larutan asam salisilat dan natrium salisilat
membentuk larutan dapar yang mencegah terjadinya perubahan pH. Dalam hal yang
sama, larutan efedrin basa menunjukkan pula sifat dapar yaitu dengan mencegah
turunnya nilai pH. Jika HCl ditambahnya ke larutan tersebut akan terbentuklah
efedrin HCl dan sistem dapar efedrin dan efedrin HCl tersebut mencegah
perubahan pH sampai efedrin habis bereaksi dengan asam. Oleh sebab itu obat-obat
dalam bentuk larutan seringkali bertindak sebagai dapar untuk obat itu sendiri
dalam jarak pH yang tertentu. Aksi dapar semacam itu sebenarnya terlalu
lemah untuk mencegah terjadinya
perubahan pH karena adanya CO2 dari udara dan kebasaan botolnya. Karena itulah
dapar tambahan sering ditambahkan kelarutan obat untuk menjaga agar sistem tetap berada dalam trayek pH yang
diinginkan. Pengukuran kuantitatif untuk efisiensi atau kapasitas dapar
mencegah berubahnya pH. (Martin,A., 1990)
II. Uraian Bahan
1. Air suling (
Ditjen POM, 1979 : 96 )
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Air suling
RM / BM : H2O / 18,02
Bobot Jenis : 0,997
Pemerian : Cairan
jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa.
Penyimpanan : Dalam wadah
tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai
larutan dengan pH netral
2.
Asam
Asetat ( Ditjen POM, 1979: 41 )
Nama Resmi : Acidum Aceticum
Nama Lain : Asam Asetat, Asam Cuka
RM/BM :
CH3COOH
Pemerian : Cairan
jernih; tidak berwarna; bau menusuk; rasa asam, tajam
Kelarutan : Dapat campur dengan air, dengan etanol (95%)
P dan dengan gliserol P
Penyimpanan :
Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai dapar asetat
3.
Asam
Klorida ( Ditjen POM, 1979: 53 )
Nama Resmi : ACIDUM CHLORIDUM
Nama Lain :
Asam Klorida
RM/BM : HCl/36,46
Pemerian : Cairan tidak
berwarna, berasap dan berbau
merangsang
Kelarutan : Mudah larut
dalam air
Penyimpanan : Dalam wadah
tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai larutan asam
4.
Natrium
Hidroksida ( Ditjen POM, 1979 : 412 )
Nama
Resmi : NATRII HYDROXYDUM
Nama Lain : Natrium Hidroksida
RM / BM : NaOH / 40,00
Pemerian
: Bentuk batang, butiran, massa hablur, keping, keras,
keras, kering, rapuh putih, mudah meleleh basa.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol (95%) P
Penyimpanan :
Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai larutan basa
III. Prosedur Kerja (Anonim, 2013)
A. Menentukan
pH beberapa zat cair
1.
Hitunglah
pH larutan di bawah ini.
Ø
Larutan
HCl 1,0 M; 0,1 M; 0,01 M; dan 0,001 M.
Ø
Larutan
NaOH 1,0 M; 0,1M; 0,01 M dan 0,001 M.
2.
Kemudian
ukur pH larutan di atas menggunakan pH meter dan kertas pH universal, kemudian
bandingkan dengan hasil hitungannya.
B. Menentukan
pH beberapa zat cair
1.
Hitung
dan tentukan pH larutan dapar dari 50 ml Natrium hidroksida 0,1 M dan 50 ml
asam astat 0,2 M.
2.
Kemudian
buatlah larutan dapar tersebut.
3.
Ukurlah
pH larutan dapar tersebut.
4.
Hitung
kapasitas dapar larutan tersebut.
5.
Buktikan
kemampuan dapar yang dibuat dengan menambahkan HCl 0,1 M dan NaOH 0,1 M ke
dalam larutan dapar, kemudian ukur kembali pHnya.
BAB III
CARA KERJA
I. Alat dan
Bahan
A. Alat
yang digunakan
Alat yang
digunakan pada percobaan ini yaitu aluminium foil, gelas kimia, gelas ukur, pH
meter dan pipet tetes.
B. Bahan
yang digunakan
Bahan yang
digunakan pada percobaan ini yaitu aquadest, HCl 0,1 M; 0,01 M; 0,001 M; 0,1 M,
NaOH 0,1 M; 0,01 M; 0,001 M; 0,1 M, CH3COOH, dan tissue.
II.
Langkah Percobaan
A. Menentukan
pH beberapa zat cair
1.
Dihitung pH larutan di bawah ini.
Ø
Larutan HCl 1,0 M; 0,1 M; 0,01 M; dan 0,001 M.
Ø
Larutan
NaOH 1,0 M; 0,1M; 0,01 M dan 0,001 M.
2.
Kemudian,
diukur pH larutan di atas menggunakan pH meter dan kertas pH universal,
kemudian bandingkan dengan hasil hitungannya.
B. Menentukan
pH beberapa zat cair
1.
Hitung
dan tentukan pH larutan dapar dari 50 ml Natrium hidroksida 0,1 M dan 50 ml
asam astat 0,2 M.
2.
Kemudian
buatlah larutan dapar tersebut.
3.
Ukurlah
pH larutan dapar tersebut.
4.
Hitung
kapasitas dapar larutan tersebut.
5.
Buktikan
kemampuan dapar yang dibuat dengan menambahkan HCl 0,1 M dan NaOH 0,1 M ke
dalam larutan dapar, kemudian ukur kembali pHnya.
BAB IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
I.
Hasil Percobaan dan Perhitungan
A. Menentukan pH
Beberapa Zat Cair
Nama zat cair
|
pH hasil perhitungan
|
pH cairan
|
|
pH meter
|
Kertas pH
|
||
HCl 0,001 M
|
3
|
3,11
|
7
|
HCl 0,01 M
|
2
|
2,08
|
4
|
HCl 0,1 M
|
1
|
1,07
|
1
|
HCl 1 M
|
0
|
0,20
|
0
|
NaOH 0,001 M
|
11
|
10,13
|
9
|
NaOH 0,01 M
|
12
|
11,63
|
11
|
NaOH 0,1 M
|
13
|
12,59
|
13
|
NaOH 1 M
|
14
|
13,01
|
14
|
B. pH Dapar
Jenis Dapar
|
Dapar asetat
|
|
pH Dapar hasil hitungan
|
4,46
|
|
pH dapar hasil pengukuran
|
pH meter
|
Kertas
indikator
|
4,05
|
4
|
|
Kapasitas dapar
|
0,0759
|
|
pH Dapar setelah penambahan basa
|
pH meter
|
Kertas
indikator
|
4,10
|
4
|
|
pH Dapar setelah penambahan asam
|
4,01
|
4
|
Perhitungan
:
a. Penetapan pH dari dapar asetat



![]() |
M 10 mmol 5 mmol - -

S 5 mmol - 5 mmol -
[CH3COONa]
= 

[CH3COOH]
= 

pH = pKa +
log 

= 4,76 + log 

= 4,76 + log 0,5
= 4,76-0,30
= 4,46
b. Penetapan Kapasitas dapar dari dapar Asetat
Ka =
antilog – pKa
= antilog – 4,76
= 1,737 x 10-5
[H3O+]
= antilog – pH
=
antilog – 4,46
=
3,467.10-5
C =
[garam] + [asam]
= 0,05 + 0,1
= 0,15

= 2,3 x 0,15 

= 0,345 x 

= 0,345 x 

= 0,345 x 0,22 = 0,0759 sesuai ranges 0,01 – 0,1
II.
Pembahasan
Adapun tujuan praktikum ini adalah untuk menentukan pH
beberapa zat cair seperti HCl dan NaOH, untuk membuat larutan dapar pada
berbagai pHdan menghitung kapasitas dapar yang telah dibuat.
Dapar
adalah senyawa-senyawa atau campuran senyawa yang dapat meniadakan perubahan pH
terhadap penambaham sedikit asam atau basa. Kapasitas dapar yang disebut indeks
buffer atau intensitas buffer yaitu suatu ukuran kemampuan buffer untuk
mempertahankan pHnya yang konstan jika ditambahkan asam kuat atau basa kuat.
Larutan
buffer dapat mempertahankan pHnya ketika ditambahkan sedikit asam atau basa.
Ketika larutan buffer ditambahkan sedikit asam, asam tersebut akan dinetralkan
oleh basa konjugasinya sehingga kesetimbangan akan bergeser kearah reaktan
sehingga jumlah molekul asamnya akan meningkat. Begitu pula sebaliknya, jika
larutan buffer ditambahkan basa, maka basa tersebut akan dinetralkan oleh asam
lemahnya sehingga kesetimbangan akan bergeser ke arah produk dan meningkatkan
jumlah basa konjugasinya.
Dalam
penentuan pH ada dua cara yang dapat digunakan yaitu dengan metode kolorimetri
dan metode potensiometri. Metode kolorimetri yaitu metode dengan menggunakan
kertas indikator dan metode potensiometri yaitu metode dengan menggunakan pH
meter.
Dalam percobaan penentukan pH, zat cair yang
digunakan yaitu HCl 0,1 M; 0,01 M; 0,001 M, 1 M dan NaOH 0,1 M; 0,01 M; 0,001 M
;1 M. Terlebih dahulu dilakukan penentuan pH larutan tersebut dengan
menggunakan perhitungan, setelah itu dilakukan pengukuran pH dengan menggunakan
pH meter dan kertas indikator, lalu hasilnya dibandingkan dan pada percobaan penentukan
pH larutan dapar, dapar yang digunakan yaitu larutan dapar asetat. Terlebih
dahulu dilakukan penentuan pH dan kapasitas dapar dengan menggunakan
perhitungan serta dilakukan pengukuran pH larutan dapar yang telah dibuat
dengan menggunakan pH meter dan kertas indikator, setelah itu untuk membuktikan
kemampuan dapar yang telah dibuat larutan dapar ditambahkan dengan 10 tetes
larutan HCl 0,1 M dan NaOH 0,1 M kemudian diukur kembali pH-nya dengan
menggunakan pH meter dan kertas indikator lalu hasil pengukurannya dibandingkan.
Setelah
percobaan dilakukan dapat dipereoleh hasil yaitu pada HCl 0,001 M pada
perhitungan diperoleh hasil 3 dan pada pengukuran dengan menggunakan pH meter
yaitu 3,11 dan pada saat menggunakan kertas pH menghasilkan pH 7. pada HCl 0,01
M pada perhitungan diperoleh hasil 2 dan pada pengukuran dengan menggunakan pH
meter yaitu 2,08 dan pada saat menggunakan kertas pH menghasilkan pH 4. Pada HCl 0,1 M pada perhitungan diperoleh
hasil 1 dan pada pengukuran dengan menggunakan pH meter yaitu 1,07 dan pada
saat menggunakan kertas pH menghasilkan pH 1. Pada HCl 1 M pada perhitungan
diperoleh hasil 0 dan pada pengukuran dengan menggunakan pH meter yaitu 0,20
dan pada saat menggunakan kertas pH menghasilkan pH 0
Pada
penentuan pH NaOH 0,001 M pada
perhitungan diperoleh hasil 11 dan pada pengukuran dengan menggunakan pH meter
yaitu 10,13 dan pada saat menggunakan kertas indikator yaitu 9. Pada NaOH 0,01 M pada perhitungan diperoleh hasil 12 dan pada
pengukuran dengan menggunakan pH meter yaitu 11,63 dan pada saat menggunakan
kertas indikator yaitu 11. Pada NaOH 0,1 M
pada perhitungan diperoleh hasil 12 dan pada pengukuran dengan
menggunakan pH meter yaitu 12,59 dan
pada saat menggunakan kertas indikator yaitu 13. Pada NaOH 1 M pada perhitungan diperoleh hasil 14 dan pada
pengukuran dengan menggunakan pH meter yaitu 13,01 dan pada saat menggunakan
kertas indikator yaitu 14.
Pada
penentuan pH dengan menggunakan pH meter dan kertas indikator, hasil yang diperoleh
ada beberapa yang menyimpang. Yaitu pada pengukuran HCl 0,001 dan HCl 0,01.
Hasil yang diperoleh sangat berbeda yaitu pada HCl 0,001 dengan menggunakan pH
meter yaitu 3,11 dan penggunaan kertas pH diperoleh 7. Pada HCl 0,01 pengukuran
dengan menggunakan pH meter menghasilkan 2,08 dan menggunakan kertas pH yaitu
4. Hasil pengukuran ini sangat menyimpang dari apa yang seharusnya diperoleh.
Faktor yang
menyebabkan adanya kesalahan dalam pemerolehan hasil yaitu alat yang digunakan
mungkin tidak bersih sehingga larutan yang diukur terkontaminasi dengan larutan
yang lain.
Pada
percobaan menentukan pH pada larutan dapar asetat diperoleh hasil bahwa pH dapar
hasil perhitungan yaitu 4,46 sedangkan hasil pengukuran dengan menggunakan pH
meter yaitu 4,05 dan pengukuran berdasarkan kertas indikator yaitu 4. Pada
perhitungan kapasitas dapar diperoleh 0,0759 sesuai dengan ranges dan setelah penambahan asam yaitu 4,01 sedangkan
setelah penambahan basa yaitu 4,10.
Pada
perhitungan dan pengukuran kapasitas dapar hasil yang diperoleh sudah sesuai
dengan ranges. Dan pada saat penambahan asam dan basa pH dapar yang diperoleh
tidak mengalami perubahan pH yang drastis. Hal ini berarti dapar yang telah
dibuat sudah memenuhi kapasitas.
Larutan dapar seringkali
dipakai dibidang farmasi, khususnya dalam pembuatan larutan obat mata
(opHthalmic solution). Dapar dapat juga dipakai dalam penetapan pH dengan cara
kolorimetri dan untuk studi penelitian yang memerlukan pH yang konstan.
BAB V
KESIMPULAN
DAN SARAN
I.
Kesimpulan
Dari percobaan ini dapat disimpulkan
bahwa:
1. Untuk HCl 0,001 M
Ø hasil perhitungan pHnya yaitu 3
Ø hasil pengukuran pH meter yaitu 3,11
Ø hasil pengukuran kertas pH yaitu 7
2. Untuk HCl 0,01 M
Ø hasil perhitungan pHnya yaitu 2
Ø hasil pengukuran pH meter yaitu 2,10
Ø hasil pengukuran kertas pH yaitu 4
3. Untuk HCl 0,1 M
Ø hasil perhitungan pHnya yaitu 1
Ø hasil pengukuran pH meter yaitu 1,07
Ø hasil pengukuran kertas pH yaitu 1
4. Untuk HCl 1 M
Ø hasil perhitungan pHnya yaitu 0
Ø hasil pengukuran pH meter yaitu 0,20
Ø hasil pengukuran kertas pH yaitu 0
5. Untuk NaOH 0,001 M
Ø hasil perhitungan pHnya yaitu 11
Ø hasil pengukuran pH meter yaitu 10,13
Ø hasil pengukuran kertas pH yaitu 9
6. Untuk NaOH 0,01 M
Ø hasil perhitungan pHnya yaitu 12
Ø hasil pengukuran pH meter yaitu 11,63
Ø hasil pengukuran kertas pH yaitu 11
7. Untuk NaOH 0,1 M
Ø hasil perhitungan pHnya yaitu 13
Ø hasil pengukuran pH meter yaitu 12,59
Ø hasil pengukuran kertas pH yaitu 13
8. Untuk NaOH 1 M
Ø hasil perhitungan pHnya yaitu 14
Ø hasil pengukuran pH meter yaitu 13,01
Ø hasil pengukuran kertas pH yaitu 14
9. pH dapar
Ø hasil perhitungan yaitu 4,46
Ø hasil pengukuran pH meter yaitu 4,05
Ø hasil pengukuran kertas pH yaitu 4
10. kapasitas dapar
Ø hasil perhitungan yaitu 0,0759
Ø pH dapar setelah penambahan asam yaitu 4,10
Ø setelah penambahan basa yaitu 4
II. Saran
Sebaiknya
dalam praktikum, semua praktikan harus lebih aktif dalam bekerja dan saling
bekerja sama.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Hiskia.2001. Kimia Larutan:Jakarta
Daintith, J., 2008, Kamus
Lengkap Kimia, Erlangga, Jakarta
Day, R.A. and A.L. Underwood, 1989, Analisis Kimia Kuantitatif Edisi 5,
Aloysius H.P., penerjemah. Jakarta, Erlangga, Terjemahan dari : Quantitatif
Analysis.
Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI. Jakarta
Ditjen POM.1979. Farmakope Indonesiaedisi III. Jakarta; Depkes
RI.
Gholib,I.G.
2007. Kimia Analisis Farmasi. Pustaka Belajar: Yogyakarta.
Girindra, A.1993.Biokimia 1.Gramedia.Jakarta
Martin,
Alfred, dkk. 1990 . Farmasi Fisika: Dasar-dasar farmasi fisika
dalam ilmu farmasetika, diterjemahkan oleh Yoshita , edisi III , jilid I.
Jakarta; penerbit UI.
Mirawati. 2013.Penuntun Praktikum Farmasi Fisika.Makassar;Jurusan Farmasi UMI.
Montgomery, et al.1993.Biokimia.UGM.Jogjakarta
Purba, Michael.
2006. Kimia. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pranama
Syukri, 1999. kimia dasar jilid II. penerbit: ITB,
Bandung
SKEMA
KERJA
Menentukan
pH beberapa zat cair (HCl dan NaOH)


Dibandingkan hasilnya
Membuat
larutan dapar





Diukur kembali pHnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar