Jumat, 17 Januari 2014

ida #mikromeritik

BAB I
PENDAHULUAN
I.            Latar Belakang
Ilmu dan teknologi partikel kecil diberi nama mikromeritik oleh Dalla Valle. Dispersikoloid dicirikan oleh partikel yangterlalu kecil untuk dilihat dengan mikroskop biasa, sedang partikelemulsi dan suspensi farmasi serta serbuk halus berada dalam jangkauanmikroskop optik.
Pengukuran Mikromiretik biasanya diartikan sebagai ilmu dan teknologi tentang partikel kecil. Ukuran partikel dapat dinyatakan dengan berbagai cara, ukuran diameter rata-rata, ukuran luas permukaan rata-rata, volume rata-rata dan sebagainya. Pada umumnya pengertian ukuran partikel di sini adalah ukuran diameter rata-rata.
Mikromeritik merupakan ilmu yang mempelajari tentang teknologi partikel kecil. Pengetahuan tentang penentuan ukuran partikel kecil, serta kisaran ukuran partikel sangat penting dalam bidang farmasi. Secara klinik, ukuran partikel suatu obat dapat mempengaruhi penglepasannya dari bentuk-bentuk sediaan yang diberikan secara oral, parenteral, rectal, dan topical. Formulasi yang berhasil dari suspensi, emulsi dan tablet, dari segi kestabilan fisik , dan respon farmakologis , juga bergantung pada ukuran partikel yang dicapai dari produk itu. Dalam bidang pembuatan tablet dan kapsul, pengendalian ukuran partikel sangat penting sekali dalam mencapai sifat aliran yang diperlukan dan pencampuran yang benar dari granul dan serbuk.
Bila dihubungkan dalam bidang farmasi, yaitu bidang pembuatan tablet dan kapsul, pengukuran untuk partikel penting sekali dalam mencapai sifat alir yang diperlukan dan pencampuran yang besar dari granul dan selain itu ukuran partikel suatu obat dapat mempengaruhi penglepasannya dari bentuk-bentuk sediaan yang diberikan secara oral, perenteral, rectal dan topikal.
II.    Tujuan Percobaan
Tujuan praktikum ini adalah untuk melakukan pengukuran partikel dengan metode pengayakan.



























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.            Dasar Teori
Mikromeritik biasanya diartikan sebagai ilmu dan teknologi tentang partikel yang kecil. Ukuran partikel dapat dinyatakan dengan berbagai cara. Ukuran diameter rata-rata, ukuran luas permukaan rata-rata, volume rata-rata dan sebagainya. Pengertian ukuran partikel adalah ukuran diameter rata-rata (Martin, 1990).
Untuk memulai setiap analisis ukuran partikel harus diambil dari umunya jumlah bahan besar (ditandai dengan junlah dasar) suatu contoh yang representatif. Karenanya suatu pemisahan bahan awal dihindari oleh karena dari suatu pemisahan, contoh yang diambil berupa bahan halus atau bahan kasar. Untuk pembagian contoh pada jumlah awal dari 10-1000 g digunakan apa yang disebut Pembagi Contoh piring berputar. Pada jumlah dasar yang amat besar harus ditarik beberapa contoh dimana tempat pengambilan contoh sebaiknya dipilih menurut program acak (Martin, 1990).
Metode paling sederhana dalam penentuan nilai ukuran partikel adalah menggunakan pengayak standar. Pengayak terbuta dari kawat dengan ukuran lubang tertentu. Istilah ini (mesh) digunakan untuk menyatakan jumlah lubang tiap inchi linear (Moechtar, 1990).
            Ukuran dari suatu bulatan dengan segera dinyatakan dengan garis tengahnya. Tetapi, begitu derajat ketidaksimestrisan dari partikel naik, bertambah sulit pula menyatakan ukuran dalam garis tengah yang berarti. Dalam keadaan seperti ini, tidak ada garis tengah yang unik. Makanya harus dicari jalan untuk menggunakan suatu garis tengah bulatan yang ekuivalen, yang menghubungkan ukuran partikel dan garis tengah bulatan yang mempunyai luas permukaan, volume, dan garis tengah yang sama. Jadi, garis tengah permukaan ds, adalah garis tengah suatu bulatan yang mempunyai luas permukaan yang sama seperti partikel yang diperiksa (Voigt, 1994).
Metode-metode yang digunakan untuk menentukan ukuran partikel (Parrot, 1970).
·         Mikroskopi Optik
Menurut metode mikroskopis, suatu emulsi atau suspensi, diencerkan atau tidak diencerkan, dinaikkan pada suatu slide dan ditempatkan pada pentas mekanik. Di bawah mikroskop tersebut, pada tempat di mana partikel terlihat, diletakkan mikrometer untuk memperlihatkan ukuran partikel tersebut. Pemandangan dalam mikroskop dapat diproyeksikan ke sebuah layar di mana partikel-partikel tersebut lebih mudah diukur, atau pemotretan bisa dilakukan dari slide yang sudah disiapkan dan diproyeksikan ke layar untuk diukur.
Kerugian dari metode ini adalah bahwa garis tengah yang diperoleh hanya dari dua dimensi dari partikel tersebut, yaitu dimensi panjang dan lebar. Tidak ada perkiraan yang bisa diperoleh untuk mengetahui ketebalan dari partikel dengan memakai metode ini. Tambahan lagi, jumlah partikel yang harus dihitung (sekitar 300-500) agar mendapatkan suatu perkiraan  yang baik dari distribusi , menjadikan metode tersebut memakan waktu dan jelimet. Namun demikian pengujian mikroskopis dari suatu sampel harus selalu dilaksanakan, bahkan jika digunakan metode analisis ukuran partikel lainnya, karena adanya gumpalan dan partikel-partikel lebih dari satu komponen seringkali bisa dideteksi dengan metode ini.
·         Pengayakan
Suatu metode yang paling sederhana, tetapi relatif lama dari penentuan ukuran partikel adalah metode analisis ayakan. Di sini penentunya adalah pengukuran geometrik partikel. Sampel diayak melalui sebuah susunan menurut meningginya lebarnya jala ayakan penguji yang disusun ke atas. Bahan yang akan diayak dibawa pada ayakan teratas dengan lebar jala paling besar. Partikel, yang ukurannya lebih kecil daripada lebar jala yang dijumpai, berjatuhan melewatinya. Mereka  membentuk bahan halus (lolos). Partikel yang tinggal kembali pada ayakan, membentuk bahan kasar. Setelah suatu waktu ayakan tertentu (pada penimbangan 40-150 g setelah kira-kira 9 menit) ditentukan melalui penimbangan, persentase mana dari jumlah yang telah ditimbang ditahan kembali pada setiap ayakan.

·         Dengan cara sedimentasi
Cara ini pada prinsipnya menggunakan rumus sedimentasi Stocks. Dasar untuk metode ini adalah Aturan Stokes:

                     d =                      
Metode yang digunakan dalam penentuan partikel cara sedimentasi ini adalah metode pipet, metode hidrometer dan metode malance.
Partikel dari serbuk obat mungkin berbentuk sangat kasar dengan ukuran kurang lebih 10.000 mikron atau 10 milimikron atau mungkin juga sangat halus mencapai ukuran koloidal, 1 mikron atau lebih kecil. Agar ukuran partikel serbuk ini mempunyai standar, maka USP menggunakan suatu batasan dengan istilah “very coarse, coarse, moderately coarse, fine and very fine”, yang dihubungkan dengan bagian serbuk yang mampu melalui lubang-lubang ayakan yang telah distandarisasi yang berbeda-beda ukurannya, pada suatu periode waktu tertentu ketika diadakan pengadukan dan biasanya pada alat pengaduk ayakan secara mekanis.
Pengetahuan dan pengendalian ukuran dan kisaran ukuran partikel merupakan hal yang sangat utama dalam bidang farmasi. Oleh sebab itu, ukuran dan juga luas permukaan suatu  partikel dapat dikaitkan secara bermakna dengan sifat fisik, kimia dan farmakologi suatu obat. (Sinko, 2005)
Pengetahuan dan pengendalian ukuran, serta kisaran ukuran partikel sangat penting dalam farmasi. Jadi ukuran, dan karenanya juga luas permukaan, dari suatu partikel dapat dihubungkan secara berarti pada sifat fisika, kimia dan farmakologi dari suatu obat. Secara klinik ukuran partikel suatu obat dapat mempengaruhi penglepasannya dari bentuk-bentuk sediaan yang diberikan secara oral, parenteral, rektal dan topikal. Formulasi yang berhasil dari suspensi, emulsi dan tablet, dari segi kestabilan fisik dan respon farmakologis, juga bergantung pada  ukuran partikel yang dicapai dalam produk tersebut. Dalam bidang pembuatan tablet dan kapsul, pengendalian ukuran partikel penting sekali dalam mencapai sifat aliran yang diperlukan dan pencampuran yang benar dari granul dan serbuk. Hal ini membuat seorang farmasis kini harus mengetahuhi pengetahuan mengenai mikromimetik yang baik. (Ansel, 1989)
Jika derajat halus serbuk dinyatakan dengan nomor dimaksudkan bahwa semua serbuk dapat melalui pengayak dengan nomor tersebut. Jika derajat halus suatu serbuk dinyatakan dengan dua nomor dimaksudkan bahwa semua serbuk dapat melalui pengayak dengan nomor tertinggi. (Ditjen POM, 1979).
Pada praktiknya, suspense encer yang telah diketahui volumenya dipompakan melalui lubang tersebut. Jika suspense tersebut cukup encer, partikel-partikel akan dapat melewati lubang tersebut satu persatu. (Sinko,2005)
Menggunakan symbol yang sebelumnya ditetapkan, diameter dapat ditetapkan dengan :
d =
dimana R2 adalah jarak dari sumbu rotasi ke bagian bawah tabung mesin pemutar dan R2 adalah jarak dari sumbu rotasi ke bagian suspensi (Parrot, 1970).
Zat-zat padat yang secara alamiah berada dalam bentuk partikel-partikel kecil dan zat padat yang telah digerus memiliki bentuk partikel tidak beraturan, dan ukuran partikel bervariasi dari yang paling besar sampai yang paling kecil (Leon,1989).
II.            Uraian Bahan
·         Asam Benzoat (Ditjen POM, 1979:49)
Nama Resmi             :            Acidum Benzoicum
Sinonim                    :            Asam Benzoat
RM/BM                    :            C­7H6O6/122,12
Pemerian                  :           Hablur halus dan ringan, tidak berwarna, tidak berbau
Kelarutan                 :           Larut dalam lebih kurang 350 bagian air, dalam lebih kurang 3 bagian etanol
Penyimpanan            :            Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan                 :            Sebagai sampel uji
III.            Prosedur Kerja (Anonim,2013)
1.      Susun beberapa ayakan dengan nommor tertentu berurutan dari atas ke bawah makin besar nomor ayakan makin bersangkutan
2.      Masukkan 100 gram amilum ke dalam ayakan paling atas pada bobot tertentu yang ditimbang seksama
3.      Di ayak serbuk bersangkutan selam 3 menit pada getaran tertentu pada alat shaker
4.      Ditimbang serbuk yang terdapat pada masing-masing nomor ayakan



BAB III
METODE KERJA
I.        Alat dan Bahan
a)      Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum adalah ayakan (no 35, 40, 60, 120, 170,  dan 230), cawan porselin, kuas, sendok tanduk, dan timbangan.
b)     Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum adalah asam Benzoat dan kertas timbang.
II.       Langkah Percobaan
1.        Disiapkan alat dan bahan.
2.      Ditimbang asam benzoate 100 gram.
3.      Disusun ayakan berdasarkan nomor ayakan.
4.      Dimasukkan 100 gram asam benzoate ke dalam ayakan yang paling atas.
5.      Ayakan ditutup rapat.
6.      Disetel fibrator pada kecepatan 60 rpm selama durasi waktu 3 menit
7.       Setelah 3 menit, fibrator dimatikan
8.      Dikeluarkan serbuk yang tinggal pada tiap ayakan ke dalam kertas perkamen kemudian ditimbang.





BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
I.            Hasil Percobaan dan Perhitungan
·         Tabel pengamatan
No Ayakan
Ukuran pori rata-rata
Berat tertinggal
% tertinggal
% tertinggal x ukuran pori
35/40
0,46 mm
16,835 gr
19,72 gr
9,07 %
40/60
0,335 mm
14,15 gr
16,582 gr
5,55 %
60/120
0,1875 mm
15,25 gr
21,703 gr
4,06 %
120/170
0,0665 mm
17,62 gr
20,649 gr
1,37 %
170/230
0,075 mm
6,82 gr
7,992 gr
0,59 %

·         Perhitungan
1.      Ukuran pori rata-rata
·         35/40         =
                           =         
                           = 0,46

·         40/60         =
                           =
                           = 0,335 mm
·         60/120       =
                           =      
                           = 0,1875 mm
·         120/170     =
                           =
                           = 0,1065 mm
·         170/230     =
                           =
                           = 0,075 mm
2.      Cara cari berat tertinggal
35/40   =
            =
= 16,835 gr
40/60   =
            =
            = 14,15 gr
60/120=
            =
            = 18,52 gr
120/170  =
                =
                = 17,62 gr
170/230  =
                =
                = 6,82 gr 
3.      Cara cari % berat tertinggal
35/40               =  x 100%
                     =  x 100%
                     = 19,729 %
40/60            =  x 100 %
=  x 100%
                     = 16,582 %
60/120          =  x 100 %
=  x 100%
                     = 21,703 %
120/170        =  x 100 %
=  x 100%
                     = 20,649 %
170/230        =  x 100 %
=  x 100%
                     = 7,992 %
4.      Cara cari % teringgal x ukuran pori rata-rata
35/40            = % tertinggal x ukuran pori
                     = 19,729 % x 0,46
                     = 9,07 %
40/60            = % tertinggal x ukuran pori
= 16,582% x 0,335
                     = 5,55 %


60/120          = % tertinggal x ukuran pori
= 21,703% x 0,1875
                     = 4,06 %
120/170        = % tertinggal x ukuran pori
= 20,649% x 0,0665
                     = 1,37 %
170/230        = % tertinggal x ukuran pori
= 7,992 % x 0,075
                                    = 0,59 %
II.            Pembahasan

Mikromimetik merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari khusus tentang ukuran suatu partikel, dimama ukuran partikel ini sangat kecil. Ukuran partikel bahan obat padat memiliki peran penting dalam farmasi, sebap ukuran partikel mempunyai pengaruh yang penting dalam pembuatan sediaan obat dan juga terhadap efek terapinya. Ukuran partikel, yang berarti juga luas permukaan spesifik partikel, dapat dihubungkan dengan sifat-sifat fisika, kimia dan farmakologik suatu obat. Secara klinik, ukuran partikel mempengaruhi pelepasan obat dari sediaaanya yang diberikan baik secara oral, parental, rektal dan topikal.
Pada praktikum kali ini akan dilakukan pengukuran terhadap diameter suatu zat padat yaitu asam benzoat dengan menggunakan metode ayakan dengan  menggunakan alat vibrator agar sampel yang dilakukan pengujian dapat melewati tahap demi tahap ayakan yang telah disusun dari nomor mesh terkecil hingga nomor mesh terbesar, yakni dari nomor mesh 35, 40, 60, 120, 170 dan 230. Alat vibrator di set selama selang waktu 3 menit. Untuk selanjutnya dilakukan penimbangan terhadap zat yang tertahan dalam masing-masing nomor mesh.
Metode ayakan dilakukan dengan menyusun ayakan dari nomor mesh yang terkecil (yang paling atas) sampai pada nomor mesh yang paling besar (yang paling bawah) hal ini bertujuan agar partikel-partikel yang tidak terayak (residu) yang ukurannya sesuai dengan nomor ayakan. Jika nomor ayakan besar maka residu yang diperoleh memiliki ukuran partikel kecil.
Pada bagian paling atas dari susunan ayakan dipasang penutup dari mesin penggerak bertujuan agar tidak ada pengaruh luar yang mempengaruhi gerakan mesin, misalnya tekanan udara di atasnya atau yang faktor yang lainnya, sehingga tidak ada gaya lagi yang bekerja kecuali gaya gravitasi yang mengarah jatuhnya partikel ke arah bawah.
Metode yang digunakan ini merupakan metode yang sangat sederhana dimana hanya memerlukan timbangan, ayakan dan alat vibrator, serta waktu yang dibutuhkan cukup singkat. Namun alat  atau metode ini tingkat keakuratan yang diperoleh tidaklah seakurat dengan metode secara mikroskopik.
Dari data yang diperoleh bahwa umumnya diperoleh zat sisa yang tertahan dengan semakin tinggi nomor mesh semakin banyak zat yang tersisa. Hal ini karena ukuran dalam tiap inci semakin kecil lubangnya.
Pada praktikum ini dilakukan pengayakan 100 gram asam benzoat dengan menggunakan ayakan. Setelah dilakukan pengayakan selama 3 menit ditimbang asam benzoat yang tertinggal ditiap-tiap ayakan dan didapat hasil yaitu untuk ayakan 35/40 sebanyak 16,835 gram, ayakan 40/60 sebanyak 14,15 gram, ayakan 60/120 sebanyak 15,25 gram, ayakan 120/170 sebanyak 17,62 gram, dan ayakan 170/230 sebanyak 6,82 gram. Setelah dijumlah semuanya didapatkan hasil sebanyak 85,33 gram dari jumlah semula yaitu 100 gram.
Tujuan dilakukannya praktikum ini yaitu untuk mengukur partikel bahan obat yang mempunyai peranan penting dalam farmasi, sebab ukuran partikel mempunyai pengaruh yang besar dalam pembuatan sediaan obat dan juga terhadap efek fisiologinya.





BAB V
PENUTUP
I.            Kesimpulan
Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa
·         35/40
Ø  Ukuran pori rata-rata = 0,46 mm
Ø  Berat tertinggal = 16,835 gr
Ø  % tertinggal = 19,72 gr
Ø  %tertinggal x ukuran pori = 9,07 %
·         40/60
Ø  Ukuran pori rata-rata = 0,335 mm
Ø  Berat tertinggal = 14,15 gr
Ø  % tertinggal = 16,582 gr
Ø  %tertinggal x ukuran pori = 5,55 %
·         60/120
Ø  Ukuran pori rata-rata = 0,1875 mm
Ø  Berat tertinggal = 15,25 gr

Ø  % tertinggal = 21,703 gr
Ø  %tertinggal x ukuran pori = 4,06 %
·         120/170
Ø  Ukuran pori rata-rata = 0,665 mm
Ø  Berat tertinggal = 17,62 gr
Ø  % tertinggal = 20,649 gr
Ø  %tertinggal x ukuran pori = 1,37 %
·         170/230
Ø  Ukuran pori rata-rata = 0,075 mm
Ø  Berat tertinggal = 6,82 gr
Ø  % tertinggal = 7,992  gr
Ø  %tertinggal x ukuran pori = 0,59 %

II.            Saran
Sebaiknya laboratorium lebih melengkapkan dan memperbanyak alat, agar praktikan dapat melakukan percobaan dengan cepat dan dapat lebih mengevesienkan waktu dalam melakukan praktikum.



DAFTAR PUSTAKA
Ansel. H. C. 1989. Pengantar bentuk sediaan farmasi, terjemahan Faridah Ibrahim.Universitas Indonesia:Jakarta.
Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia. edisi III, Jakarta.

Martin, A. 1990. Farmasi Fisika. Buku II, UI Press, Jakarta.

Mirawati. 2013. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika. Makassar; Jurusan Farmasi Universitas Muslim Indonesia

Moechtar. 1990. Farmasi Fisika. UGM Press, Yogyakarta.

Parrot, L,E.1970. Pharmaceutical Technologi. Burgess Publishing Company, Mineapolish,
Sinko, P. 2005. Martin’s Phisical Pharmacy and Pharmaceutical Sience 5th Edition. Lippincott Williams & Wilkins, Baltimore
Voigt, R.1994. Buku Pelajaran teknologi Farmasi. edisi V, Cetakan I, UGM Press, Yogyakarta.






SKEMA KERJA


Bersihkan ayakan
Masukkan 50 gram asam borat ke dalam ayakan paling atas
Susun ayakan dari mesh tertinggi (dari bawah ke atas).
Ayak secara manual selama 3 menit
Timbang bahan yang tertinggal disetiap ayakan
Hitung ukuran asam benzoat.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar